Para anggota konvoi solidaritas kemanusiaan “Lifeline 3” meninggalkan Jalur Gaza melalui penyeberangan darat Rafah dengan Mesir.
Konvoi kemanusiaan “Lifeline 3” telah menyebabkan rasa malu dan kesulitan besar bagi rezim Mesir, dimana hal itu tercermin dalam bentrokan yang terjadi antara aktivis perdamaian dan polisi Mesir di al-Arisy, sebelum menentukan waktu jalannya konvoi dan keharusan melewati pelabuhan al-Arisy bukan pelabuhan Nuweiba’, inilah yang membuat konvoi memutuskan segera kembali ke Suriah melewati al-Arisy.
Perlu untuk diketahui bahwa anggota parlemen Inggris, George Galloway yang memimpin langsung konvoi kemanusiaan ini.
Konvoi ini datang di bawah politik Inggris untuk mempermalukan dan membuat sulit rezim Mesir yang menjadi antek Amerika Serikat, serta mengobok-oboknya hingga tidak berdaya, terutama menjelang pesta pemilu presiden. Dalam hal ini, sungguh Galloway telah menggunakan emosi kaum Muslim Turki, warga Yordania, Malaysia, dan Suriah, yang direkrut untuk bergabung dalam konvoinya, yang dibungkus dengan bantuan dan penyelamatan Gaza. Padahal sebenarnya yang ada di balik klaim-klaim palsu ini adalah upaya untuk mengimplementasikan agenda-agenda Inggris dengan bantuan dan pengorbanan anak-anak kaum Muslim.
Sesungguhnya warga Gaza tidak membutuhkan konvoi atau makanan, namun yang mereka perlukan adalah pembebasan. Sehingga yang wajib dilakukan kaum Muslim adalah bergerak bersama dengan pasukan pembebasan dan penaklukan, dan bukannya bergabung dengan konvoi-konvoi yang sama sekali tidak berguna (la tusminu wa la tughni min ju’).
Sementara terkait dengan sikap rezim yang rusak dan memalukan ini, maka berulang kali dijelaskan oleh Abul Gheit dari Washington bahwa pemerintahnya akan melarang konvoi apapun lewat menuju Gaza, dan tidak akan menerima masuknya bantuan kemanusiaan kecuali melalui Bulan Sabit Merah Mesir. (kantor berita HT, 11/1/2010)