Tewasnya ilmuwan nuklir Iran, Massoud Ali Mohammadi (50), akibat ledakan bom yang dipasang di sebuah sepeda motor di luar kediamannya di wilayah Qeytariyeh, Teheran utara, Selasa (12/1/2010), merupakan sebuah terobosan keamanan dan intelijen yang mengejutkan Iran.
Ketua Parlemen Iran Ali Larijani secara terang-terangan menuduh Badan Pusat Intelijen AS (CIA) dan intelijen Israel, Mossad, berada di balik tewasnya Mohammadi.
Kementerian Luar Negeri Iran juga mengatakan, dari hasil penyelidikan awal, terlihat adanya tanda-tanda keterlibatan AS, Israel, dan agen-agen bayarannya dalam serangan itu.
Mungkinkah AS dan Israel ada di balik tewasnya ilmuwan Iran itu?
Menilik ke belakang, dinas intelijen luar negeri Israel, Mossad, dan CIA kerap ditengarai berada di balik aksi penghabisan nyawa atau penculikan ilmuwan nuklir Arab dan Muslim.
Pada 13 Juni 1980, Mossad berhasil membunuh ilmuwan nuklir Mesir yang bekerja di Tenaga Atom Irak, Yahya Mashed, di kamar hotelnya di Paris dalam upaya Israel menggagalkan proyek nuklir Irak pada era Saddam Hussein.
Menurut warga Israel yang membelot dari Mossad, Victor Ostrovsky, Mashed adalah korban dari agen-agen rahasia Israel. Upaya Israel itu berakhir dengan pengeboman reaktor nuklir Irak di Osirak pada Juli 1981.
Tewasnya Mohammadi di Iran pekan lalu terjadi hanya kurang dari setahun dari hilangnya secara misterius ilmuwan nuklir Iran, Shahram Amiri, ketika menjalankan ibadah umrah di Mekkah, Arab Saudi, pada Juli 2009.
Amiri bekerja sebagai peneliti di Universitas Malek Ashtar, Teheran. Universitas Malek Ashtar tempat Amiri bekerja terlibat dalam proyek khusus penelitian nasional. Amiri menghilang lebih dari tiga bulan sebelum Iran mengumumkan fasilitas pengayaan nuklirnya yang kedua di kota Qom.
Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki mengatakan, AS mempunyai peranan dalam penculikan Shahram Amiri dan harus mengembalikannya. Ia menambahkan bahwa Arab Saudi juga bertanggung jawab. Iran mengatakan, Amiri adalah satu dari 11 orang Iran yang kini ditahan AS.
Warga Iran lain yang hilang adalah Amir-Hossein Ardebili. Ia menghilang di Negara Bagian Georgia, AS, dua tahun lalu. Ardebili terakhir ini terungkap berada di penjara AS atas tuduhan perdagangan senjata.
Warga Iran lainnya yang hilang adalah mantan Deputi Menteri Pertahanan Iran Ali Reza Asgari. Ia hilang di Turki pada tahun 2007.
Media masa Turki, Arab, dan Iran menduga, Ali Reza menjadi korban operasi CIA dan Mossad. Ada juga yang berspekulasi bahwa Ali Reza membelot ke Barat. Namun, tuduhan pembelotan itu dibantah keluarga Ali.
Menurut pakar strategi Mesir, Brigjen Safwat Zayyat, aksi penculikan dan pembunuhan ilmuwan Iran merupakan bagian dari strategi CIA dan Mossad sebagai bagian dari rangkaian aksi menghancurkan proyek nuklir Iran.
Hal itu, kata Zayyat, serupa dengan yang dilakukan CIA dan Mossad terhadap proyek nuklir Irak pada era 1980-an. Tajuk rencana harian berbahasa Arab, Al Quds Al Arabi, yang terbit di London menyebutkan, AS dan Israel tidak hanya mencemaskan program nuklir Iran, tetapi juga para ilmuwannya yang mengembangkan program nuklir itu.
Menurut harian berbahasa Arab terbitan London tersebut, para ilmuwan nuklir Iran bisa kembali mengembangkan program nuklir di negerinya secara cepat jika suatu waktu AS atau Israel berhasil menghancurkan instalasi nuklir di Iran.
Harian Al Quds Al Arabi itu menegaskan bahwa aksi pembunuhan ahli nuklir Iran, Profesor Massoud Ali Mohammadi, ini mengisyaratkan dua hal. Pertama, telah dilancarkan perang intelijen terhadap Iran saat ini melalui agen-agen yang ditanam CIA dan Mossad.
Kedua, perang pendahuluan untuk menghancurkan instalasi nuklir Iran telah dimulai dengan membidik sasaran para ilmuwan nuklir Iran yang kelak akan berujung serangan militer terhadap instalasi nuklir di negeri itu. (kompas.com, 15/1/2010)