Salah satu ciri pemerintahan yang totaliter adalah adanya monopoli terhadap sarana komunikasi massa yang efektif. Bagaimana dengan sistem Khilafah apakah seperti itu ?
Pemerintah Khilafah tidak memiliki hak monopoli atas media massa. Setiap warga negara dari Negara Islam diizinkan membuat media massa, baik berupa surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Untuk mendirikan media massa jenis apapun juga tidak diperlukan izin dari pemerintah, walaupun pemberitahuan tentang pendirian media harus diberikan pada Da’iratul I’laam (Departemen Informasi).
Di berbagai negara dewasa ini diberlakukan batasan terhadap pers, dan pers diwajibkan beroperasi dalam kerangka hukum yang berlaku. Informasi sensitif yang berkenaan dengan keamanan nasional tidak boleh diterbitkan tanpa izin dari Departemen Informasi. Tuduhan dan pencemaran nama baik, hasutan, rasisme, penyerangan terhadap keyakinan agama dan pengembangan budaya yang merusak akhlak dan menyimpang tidak diizinkan oleh syariat.
Diluar berbagai batasan yang ditetapkan syariat tersebut, media yang beroperasi di Negara Khilafah memiliki hak penuh untuk menilai Khalifah dan pemerintahannya, menginvestigasi adanya kesewenang-wenangan pemerintah atau isu lain yang memiliki muatan bahaya atau termasuk kepentingan publik dalam skala besar. Media berhak menginvestigasi dan menerbitkan semua itu tanpa perlu diliputi ketakutan akan kemungkinan tekanan atau penahanan.
Peran media di dalam masyarakat, khususnya Negara Khilafah, tidak boleh dipandang rendah. Tugas mereka dilaksanakan berdasarkan kewajiban untuk menegakkan yang makruf dan mencegah yang munkar, yang juga merupakan tugas dari semua warga negara.
Rasulullah saw bersabda: Demi Dia yang nyawaku berada di tangan-Nya, kalian wajib menyeru pada kebaikan dan mencegah kemunkaran, atau (kalau hal itu tidak dilakukan) Allah akan menimpakan siksa-Nya atasmu dan jika engkau memohon pada-Nya, maka Dia tidak akan menjawab doamu.
Islam juga mengingatkan pentingnya menilai kezaliman penguasa, walau taruhannya adalah kematian.Rasulullah saw bersabda: Pemimpin para syuhada ialah Hamzah bin Abdul Mutthalib, dan seseorang yang berdiri menentang penguasa yang zalim dan ia terbunuh karenanya.
Umat Islam yang hidup di Negara Khilafah tidak boleh takut pada apapun selain Allah Swt. Ini merupakan modal untuk menghadapi Khalifah yang menyimpang, dan menentangnya saat diperlukan. Ini tercermin pada contoh yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan .
Suatu hari, Jariyah bin Qudama as-Sa’adi mengunjungi Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra yang saat itu menjabat sebagai Khalifah. Ketika itu, tiga menteri Romawi juga sedang mengunjunginya. Terjadi perdebatan yangkeras antara Mu’awiyah bin Abu Sufyan dengan Jariyah. Jariyah kemudian berlalu dari situ dengan menahan kemarahannya tanpa meminta izin untuk pergi dari Mu’awiyah.
Sepeninggal Jariyah, tiga menteri Romawi kembali menghadap pada Mu’awiyah, dan salah satu dari mereka lalu berkata: “Kaisar kami tidak akan ditegur oleh salah seorang warga negara kecuali jika warganya itu berniat melepas mahkota di kepalanya. Jika seseorang di sekitarnya atau keluarganya meninggikan suaranya, bisa-bisa mereka dicincang atau dibakar. Jadi, bagaimana bisa seorang Arab gurun yang kasar dengan perilakunya yang buruk bisa datang begitu saja dan memperlakukanmu seperti tadi, seakan-akan ia sejajar denganmu?”
Mu’awiyah lalu tersenyum dan berkata: “Aku memerintah orang-orang yang tak kenal rasa takut dalam menegakkan kebenaran, dan semua rakyatku memiliki sifat seperti orang Arab gurun tadi. Tidak satu pun di antara mereka yang lemah dalam menegakkan kalimat Allah Swt, tidak ada di antara mereka yang diam melihat ketidakadilan, dan aku pun tidak berada di atas mereka, selain dalam masalah keimanan. Aku telah berkata-kata kasar pada orang tadi dan ia pun berhak menjawab. Aku yang memulai dan aku pula yang layak disalahkan, bukan dia.”
Mendengar kata-kata Mu’awiyah itu, menteri Romawi tersebut menangis hingga Mu’awiyah bertanya mengapa ia menangis. Lalu menteri itu menjawab: “Sebelum hari ini kami mengira bahwa kami setara dengan kalian dalam hal perlindungan dan kekuatan. Namun setelah menyaksikan peristiwa tadi, aku takut bahwa suatu hari nanti kalian akan meluaskan kekuasaannya ke wilayah kami”.