DUBAI – Kepolisian Dubai merilis 11 foto para tersangka pembunuhan pimpinan militer Hamas, Mahmud al-Mahbhuh, yang tewas pada 20 Januari 2010. Para tersangka itu diketahui memegang paspor Eropa dan menyamar menggunakan rambut dan janggut palsu.
Kepala Kepolisian Dubai, Letjen Dahi Khalfan Tamim, tak secara langsung menyebut Israel seagai dalang di balik pembunuhan. Dalam jumpa pers yang digelar Senin (15/2), ia merinci detail pembunuhan sejak tubuh Mabhuh ditemukan di kamar hotel mewah di dekat Bandara Internasional Dubai.
Tamim mengatakan terbuka kemungkinan pemimpin negara-negara tertentu memberi perintah kepada agen intelijen mereka untuk membunuh Mabhuh, yang merupakan salah satu pendiri sayap militer Hamas, Izzuddin Alqassam. Kendati Tamim tidak menyebut nama negara yang mungkin menugaskan intelijennya membunuh Mabhuh.
Polisi merilis foto, nama, kebangsaan, rincian paspor mereka, dan dokumen asli yang dugunakan para pembunuh. Beberapa foto yang dirilis tampak foto paspor dan satu-satunya wanita di antara kelompok itu yang memakai wig pirang di foto. Tamim tak mengatakan apakah salah satu tersangka telah secara resmi didakwa oleh jaksa di Dubai.
Enam di antara para tersangka ini memegang paspor Inggris, tiga paspor Irlandia, dan masing-masing seorang pemegang paspor Prancis dan Jerman. Kementrian Luar Negeri Inggris menolak memberikan komentar.
Mereka tengah mencari informasi lebih lanjut kasus ini dan para tersangka pemegang paspor Inggris itu. Tamim menggambarkan operasi pembunuhan pimpinan Hamas itu sangat rapi dan terorganisasi.
Jelas bahwa para pembunuh telah memantau gerak-gerik korban beberapa jam sebelum pembunuhan. Namun para pembunuh diduga hanya menghabiskan waktu kurang dari satu hari di Dubai.
Tes forensik menunjukkan Mabhuh meninggal karena sesak napas, tapi analisis laboratorium masih berlangsung untuk menentukan faktor-faktor lain yang mungkin menyebabkan kematiannya.
Tamim juga menunjukkan video dari kamera pengawas bandara di mana tim pembunuh diduga tiba pada penerbangan ke Dubai secara terpisah, sehari sebelum Mabhuh ditemukan tewas. Para eksekutor ini juga tidak menginap di hotel yang sama dengan Mabhuh.
Dalam rekaman itu, juga rekaman saluran televisi terbatas (CCTV) hotel, terdapat satu-satunya wanita di antara kelompok tersangka mengenakan rambut palsu dan kadang-kadang memakai topi dan kaca mata hitam besar untuk berbaur sebagai turis.
Tim pembunuh lainnya juga terlihat pada rekaman yang menyamar sebagai wisatawan, mengenakan pakaian tenis, dan membawa raket. Mereka terlihat masuk dan keluar hotel, berdiri bersama-sama atau berpasangan di lobi hotel, dan akan masuk dan keluar lift di lantai tempat Mabhuh menginap.
Kadangkala mereka tampil secara sendiri, kadang-kadang berpasangan atau dalam kelompok tiga atau empat. Mereka membayar semua pengeluaran dalam bentuk tunai dan menggunakan kartu telepon seluler berbeda untuk menghapus jejak.
Pembunuhan itu begitu terencana rapi karena mereka mengetahui aktivitas calon korbannya. Para pelaku juga tinggal di Dubai lebih dari sehari sebelum menghabisi korbannya.
Hingga tak heran, menurut polisi, pembunuhan itu hanya memakan waktu 10 menit. Beberapa pelaku mengikuti korbannya, bahkan sempat berada dalam satu tangga berjalan untuk memastikan kamar tempat Mabhuh tinggal.
Empat pelaku masuk ke dalam kamar korban yang tinggal di Al-Bustan Rotanan Hotel, saat korban tak berada di kamar. Mereka berhasil masuk berkat bantuan perlengkapan elektronik yang dapat membuka pintu kamar hotel.
Begitu hati-hatinya aksi itu, hingga menjaga agar jangan sampai kondisi kamar Mabhuh berantakan. Bahkan kunci kamar sengaja dibuat seolah terkunci dari luar guna menghindari kesan pintu telah dirusak. Setelah menjalankan operasinya, beberapa pelaku meninggalkan Dubai, bertolak ke Eropa dan sisanya ke Asia. (republika.co.id, 17/2/2010)