JAKARTA- Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menyatakan NU tidak boleh memberi ruang bagi faham Islam liberal. Untuk itu, Ma’ruf mengingatkan peserta Muktamar NU ke-32 di Makassar, Maret nanti, agar tidak memberi ruang kepada orang-orang yang memiliki kaitan dengan faham tersebut. “Jangan memberi ruang sedikit pun kepada orang-orang yang ingin memasukkan faham Islam liberal ke dalam NU,” katanya.
Menurutnya, meskipun orang-orang itu menggunakan atribut NU, tetapi pemikirannya berbeda dengan faham ahli sunnah waljamaah yang dianut NU, yang merujuk kepada Alquran, hadis, ijma’, dan qiyas. “Islam liberal merujuk pada tafsirnya sendiri,” kata salah seorang ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
Dikatakannya, sekarang muncul orang-orang yang tidak pernah berhubungan dengan NU, bahkan sering menjelekkan NU, namun menjelang muktamar tiba-tiba ingin memimpin NU.
“Orang-orang semacam ini harus diwaspadai,” kata Ma’ruf tanpa menyebut nama-nama yang dia maksud.
Mengenai namanya yang masuk bursa calon rais aam (pemimpin tertinggi NU), ulama asal Banten itu mengatakan masih ada yang lebih pantas untuk menduduki jabatan itu. Dikatakannya, jabatan rais aam berbeda dengan ketua umum tanfidiyah yang lebih banyak berurusan dengan manajemen organisasi, karena penjabatnya harus pula menguasai hukum Islam.
“Karena itu jarang orang berani menjadi rais aam,” kata kiai anggota Dewan Pertimbangan Presiden tersebut.
Bagi Ma’ruf, mengabdi kepada NU tidak harus menduduki jabatan di organisasi itu, apalagi kalau kenyataannya jabatan itu bukan haknya. “Biarkan saja kalau ada yang ribut mendeklarasikan diri ingin jadi ini, jadi itu, pada muktamar nanti. Saya tidak mau ikut-ikutan,” katanya. (republika.co.id, 18/2/2010)