Pertempuran sengit terus benlanjut di kota Marjah, provinsi Helmand, di Afghanistan Selatan antara pasukan Amerika, Inggris, dan tentara bayaran Afghanistan di satu pihak, dengan para Mujahid gerakan Taliban Afghanistan di pihak lain.
Ganasnya pertempuran itu begitu mengejutkan para pemimpin pasukan Amerika Serikat dan Inggris. Padahal sebelumnya mereka telah meramalkan tentang ganasnya pertempuran di Marjah. Seorang juru bicara Marinir AS mengatakan: “Kami telah membicarakan tentang Marjah sejak beberapa bulan lalu, dan kami menyimpulkan bahwa akan ada pertempuran sengit.” Ia menambahkan: “Ada kantong-kantong perlawanan di kota, di mana para pejuang Taliban melakukan perlawanan dengan ganas. Dan tidak ada keraguan lagi bahwa kami akan menghadapi ancaman yang signifikan akibat dari ranjau buatan tangan.”
Selama seminggu pertama berlangsung pertempuran sengit antara kedua belah pihak, pasukan pendudukan Atlantik mengakui tentang tewasnya dua belas tentara, tujuh di antaranya tewas di hari Kamis dan Jumat saja.
Jenderal Inggris, Nick Carter meramalkan bahwa: “Untuk bisa mendominasi atas Marjah, dimana pasukan Afghanistan dan internasional menghadapi perlawanan sengit dan ganas, akan memerlukan waktu antara dua puluh lima hingga tiga puluh hari.”
Jika sebuah kota kecil seperti Marjah, pejuang yang ada di sana mampu mengimbangi pasukan pendudukan internasional yang didukung dengan beragam senjata terbaru dan paling canggih, maka bagaimana dengan kota-kota lain, dan daerah-daerah lainnya yang luas di Afghanistan?
Sungguh, ganasnya pertempuran di kota singa ini adalah bukti nyata dan petunjuk yang jelas tentang dekatnya kekalahan pasukan pendudukan Amerika dan Inggris di Afghanistan. (kantor berita HT, 22/2/2010)