WASHINGTON -Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan di Gedung Putih pada Selasa (23/3) di tengah-tengah riuhnya perdebatan mengenai rencana pemukiman baru Israel.
Obama dan Netanyahu berbicara selama 90 menit di Oval Office, ruang kantor utama presiden, namun wartawan tidak diizinkan untuk melihat sekutu dekat itu berjabat tangan dan memulai diskusi mereka.
Pihak Gedung Putih tidak segera memberi keterangan mengenai isi pembicaraan mereka. Netanyahu tetap tinggal di Gedung Putih selama dua jam setelah pembicaraan formal dengan Obama, namun belum jelas apa yang dilakukannya saat itu.
Sangat biasa bagi sekutu yang berkunjung namun tidak terlihat bersama dengan presiden, baik untuk foto atau mengadakan pernyataan bersama. Perlakuan yang agak berebda ini tampaknya terkait dengan krisis hubungan antara kedua negara, karena Israel menolak mencabut rencana pemukiman baru di Yerusalem Timur.
Masalah dimulai saat menteri dalam negeri Israel mengumumkan pembangunan 1.600 rumah baru di ats wilayah yang masih menjadi sengketa dengan Palestina. Pengumuman yang disampaikan saat wWapres AS Joe Biden itu berada di Israel dianggap sebagai penghinaan bagi AS, yang tengah mengupayakan pembicaraan damai tidak langsung antar Israel dan Palestina.
Palestina mengklaim akan menjadikan Yerusalem timur sebagai ibukota masa depan dan atas langkah Israel ini Palestina menyatakan menunda pembicaraan damai dengan AS sebagai mediator.
Israel pada Selasa (23/3) mengumumkan rencana membangun hotel megah, distrik bisnis dan perumahan baru untuk warga Palestina di timur tengah Yerusalem. Pengumuman itu disambut kecurigaan oleh Palestina dan mengangap rencana itu tidak bisa diterima sebagai tukar guling untuk pemukiman baru Israel di kota suci Yerusalem.
Rencana itu berbunyi Israel akan mengembangkan wilayah di seberang dinding Kota Lama untuk pariwisata dan perdagangan, serta membangun 1.000 apartemen tambahan.
Sementara di Capitol Hill, Netanyahu menerima sambutan hangat dari Kongres AS pada hari Selasa, dengan Demokrat dan Republik atas bergabung untuk memuji seorang pemimpin yang telah menolak untuk mundur meski Gedung Putih tidak sepakat akan rencana Israel. (republika.co.id, 24/3/2010)