Ekspresi tentang sejauh mana konflik di Timur Tengah telah menimbulkan mimpi buruk yang membebani pemerintah Amerika secara berturut-turut, dikemukakan oleh Jenderal David Petraeus, Komandan Komando Pusat AS, dalam kesaksian di depan Senat AS, bahwa konflik antara “Israel” dan Palestina telah merusak kepentingan Amerika di Timur Tengah.
Petraeus mengatakan bahwa ketegangan antara “Israel” dan Palestina jelas menimbulkan tantangan terhadap kemampuan kita untuk memajukan kepentingan kita di wilayah Timur Tengah. Ia menambahkan dalam pernyataannya di depan Komite Angkatan Bersenjata di Senat bahwa “konflik yang terjadi menambah perasaan bermusuhan terhadap Amerika Serikat, karena Amerika Serikat mendukung gagasan Israel.”
Jenderal yang mengawasi pasukan AS di Timur Tengah dan Asia Tengah ini mengatakan, “Kemarahan bangsa Arab atas masalah Palestina membatasi kekuatan dan kedalaman kemitraan AS dengan pemerintah dan rakyat di daerah, serta melemahkan legitimasi rezim moderat di dunia Arab.”
Bahkan ia menegaskan bahwa organisasi-organisasi ekstrimis berusaha untuk “mengeksploitasi” kemarahan bangsa Arab terkait dengan masalah ini.
Pernyataan Petraeus dikeluarkan setelah minggu lalu Washington digoncangkan oleh pengumuman “Israel” yang merencanakan untuk membangun 1.600 unit rumah baru untuk pemukim Yahudi di Yerusalem selama kunjungan Wakil President AS, Joe Biden ke “Israel”.
Menurut sebuah laporan di situs “Politik Luar Negeri” Amerika bahwa Petraeus sedang prihatin dengan tidak adanya kemajuan dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah. Dan para pembantunya pada bulan Januari datang menemui Laksamana Mike Mullen menyampaikan tentang berbagai penilaian pandangan pesimis bangsa Arab terhadap Amerika Serikat.
Dari berbagai penilaian itu disimpulkan bahwa sikap “Israel” terhadap konflik “Israel” Palestina telah mempengaruhi posisi Washington di wilayah tersebut. Bahkan para pemimpin Arab semakin khawatir bahwa Amerika Serikat “tidak mampu menghadapi kecongkaan Israel,” demikian menurut laporan yang dikutip dari sumber-sumber yang tidak disebutkan identitasnya.
Dalam hal ini, para penguasa, khususnya Otoritas terus memperingatkan bahwa tindakan-tindakan Yahudi ini bisa mengarah pada perang agama, yang akan menghapus prestasi Barat terkait masalah Palestina, dan mengembalikan masalah masa lalu, yang menjadi faktor pendorong bagi umat Islam untuk memulai perubahan radikal, serta menendang rezim pro-Barat, dan kemudian melakukan pembebasan Palestina melalui kekuatan militer Islam dengan jumlah yang sangat besar. (kantor berita HT, 23/3/2010).