Ketika Presiden Mauritania, Muhammad Ould Abdul Aziz mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik antara Mauritania dan negara Yahudi, serta penutupan kedutaan Yahudi di ibukota Nouakchott, Mauritania tahun lalu, banyak pengamat yang mempertanyakan langkah berani yang membuat kagum masyarakat umum ini.
Namun, ketidakjelasan yang mengelilingi masalah ini, yaitu tidakadanya upaya politik luar negeri (Israel) untuk mengomentari hal itu, sehingga seolah-olah semua itu tidak penting baginya.
Dengan demikian, hubungan diplomatik antara Mauritania dan entitas Yahudi masuk dalam lingkaran kerahasiaan dan penyembunyian, yang memicu kontroversi di kalangan politisi dan pengamat. Sehingga, beberapa dari mereka membenarkan sikap Mauritania tersebut, dan sebagian lagi mengingkarinya.
Dan yang menegaskan keadaan ketidakpastian mengenai hubungan Mauritania (Israel) ini adalah pernyataan Ketua Parlemen Mauritania, Mas’ud Balkhair pada sebuah jumpa pers beberapa hari lalu, dimana ia mengatakan: “Sesungguhnya hubungan Mauritania-Israel masih berjalan. Sementara pengumuman Otoritas Mauritania tahun lalu mengenai pembekuan itu hanyalah sebuah penipuan aksi publisitas.” Karena itu, Balkhair menyerukan kepada Negara Mauritania untuk memutuskan hubungan itu, atau membuktikan pemutusan itu dengan tindakan riil.
Sesungguhnya, Ould Abdul Aziz termasuk diantara para penguasa yang meraih kekuasaan dengan menumpang tank yang umumnya mendapat dukungan dari kekuatan kolonial. Dengan demikian, mereka tidak berdaya melakukan satupun sesuatu yang nyata untuk kepentingan rakyatnya, sekalipun sekedar memutuskan hubungan dengan negara musuh, kaum Yahudi. (kantor berita HT, 24/3/2010)
lho?????????? bearti berita bohong dong………