JAKARTA — Ulama dan tokoh Islam akan kembali menggelar pertemuan dalam bentuk Kongres Umat Islam Indonesia (KUII). KUII ke-5 pada tahun ini, akan digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, pada 7-10 Mei 2010 dan diharapkan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
”Kongres ini akan fokus pada dua persoalan, yaitu kepemimpinan umat dan upaya mengembalikan ekonomi umat untuk kesejahteraan bangsa,” kata Ketua Panitia Pengarah KUII ke-5, Din Syamsuddin, di Jakarta, Kamis (8/4).
Menurut Din, meski Indonesia menjadi negara dengan penduduk mayoritas Muslim, hanya sedikit dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomi baik. Bahkan, kata dia, banyak Muslim yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kondisi seperti ini, jelas Din, tentu saja berdampak negatif terhadap perekonomian bangsa. Guna mengatasi kondisi seperti ini, kongres akan membahas pola kepemimpinan yang bisa mendorong pengembangan ekonomi bagi umat.
”Dalam hal ini, dicari caranya bagaimana agar kepemimpinan yang dimiliki berbagai ormas Islam di Indonesia bisa berkontribusi dalam mendorong kebangkitan ekonomi Islam yang memberikan kesejahteraan bagi umat,” kata Din.
Terkait dengan kepemimpinan, Din mengatakan nantinya akan dirumuskan upaya mewujudkan pemimpin yang memiliki paradigma, visi, dan karakter kepemimpinan Islam. Selain itu, juga penguatan kelembagaan umat dan jaringan komunikasi kelembagaan.
Dalam konteks ekonomi, dalam kongres akan dibicarakan tentang paradigma dan nilai ekonomi Islam, penguatan dan pengembangan kelembagaan ekonomi umat, dan model pemberdayaan ekonomi umat. Dari situ, akan ada rekomendasi tentang kepemimpinan dan ekonomi umat.
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah, Syuhada Bahri, mendesak agar kongres perlu mendorong pengembangan sumber daya manusia amanah dan profesional. Ia menyatakan, langkah itu diyakini bisa mendorong kebangkitan ekonomi umat.
”Untuk mendorong kebangkitan ekonomi umat, jangan hanya mendorong pengembangan SDM profesional, tapi juga harus amanah,” kata Syuhada. Menurut dia, saat ini Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia profesional, tetapi sedikit yang amanah.
Kenyataan ini, jelas Syuhada, ditunjukkan dengan banyaknya pelaku usaha melakukan upaya yang cenderung menguntungkan diri sendiri, namun merugikan orang lain. Akibatnya, keadilan ekonomi tidak tumbuh. Banyak pengusaha mengurangi timbangan dan melakukan suap.
Syuhada yakin, keberadaan sumber daya manusia yang amanah akan mendorong ekonomi yang berkeadilan. ”Umat akan memperoleh dua hal, yaitu keberkahan dari Allah dan keuntungan usaha yang menenteramkan,” ujarnya.
Selain itu, Syuhada meminta agar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), diikutsertakan dalam kongres. Sebab, ketiga ormas itu memiliki ideologi yang sama dengan sebagian besar ormas di Indonesia.
Menurut Syuhada, ketiga ormas ini juga memiliki konsep ekonomi yang bisa menjadi masukan bagi kongres. Terutama HTI, kata dia, yang memiliki konsep ekonomi Islam cukup radikal yang bisa mewarnai diskusi kongres untuk mengembalikan kejayaan ekonomi umat.
Ketua Panitia Pelaksana KUII ke-5, Ichwan Syam, menyebutkan bahwa ada sejumlah ormas yang tak dilibatkan, yaitu HTI, FPI, MMI, dan LDII. (republika online ; Jumat, 09 April 2010 )