Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki, selama kunjungannya ke Prancis, minggu ini menilai bahwa Israel sebagai ancaman terbesar bagi terwujudnya perdamaian di Timur Tengah.
Sungguh hubungan di antara kedua negara ini mulai memburuk setelah invasi Israel ke Gaza pada tahun 2009, dan kemudian disusul dengan konflik diplomatik.
Erdogan mengatakan kepada sejumlah wartawan yang mewawancarainya sesaat sebelum pertemuannya dengan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, bahwa “Israel adalah ancaman terbesar bagi terwujudnya perdamaian di kawasan itu.”
Menurutnya, apabila sebuah negara telah menggunakan kekuatan apapun yang tidak sewajarnya di Palestina dan Gaza, dan menggunakan bom fosfor, maka kami tidak mungkin mengatakan kepada negara itu, “Bagus, bagus!”.
Netanyahu mengatakan bahwa ia sangat menyayangkan atas komentar-komentar dari Perdana Menteri Turki ini, di mana ia menjelaskan kepada pers Israel, dengan mengatakan, “Kami ingin mewujudkan hubungan baik dengan Turki, dan kami menyayangkan bahwa Erdogan memilih untuk menyerang Israel, dan ini tidak terjadi sekali duakali, tapi berkali-kali.”
Kedua negara ini sebelumnya telah menjadi sekutu. Namun Ankara baru-baru ini telah menarik duta besarnya di Israel, setelah dihina oleh Wakil Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon.
Dimana pada bulan Januari lalu, Duta Besar Turki, Oguz Celikol dipanggil oleh Departemen Luar Negeri Israel untuk dicaci-maki, menyusul tayangan serial di stasiun televisi Turki yang memperlihatkan bahwa perwira intelijen Israel sedang menculik sejumlah anak-anak.
Duta Besar Turki duduk di kursi yang posisinya lebih rendah, sementara pejabat tinggi Israel mencaci-makinya di depan para wartawan untuk media cetak dan elektronik. Namun setelah itu, Ayalon meminta maaf atas tindakannya yang tidak sopan itu.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman menyamakan Erdogan dengan Presiden Venezuela, Hugo Chavez, dan juga disamakan dengan Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi. (kantor berita HT, 15/4/2010)