HTI Press. Gelaran Halqah Islam dan Peradaban (HIP) seri ke 14 DPD 1 HTI Sulsel berlangsung menarik dan semarak. Acara yang diadakan di Aula BLKI Kota Makassar pada tanggal 24 April 2010 ini mengangkat tema yang aktual dan faktual, “Fenomena Suap, Akar masalah dan Solusinya”. Fenomena suap yang seolah sudah menjadi tradisi dan terjadi secara kasat mata di negeri ini mengundang antusiasme peserta HIP untuk mendengarkan pemaparan narasumber dari Kasat Tindak Pidana Korupsi Polda Sulsel, AKBP Setiadi, SH, MH. Direktur Anti Corruption Committee (ACC) Sulsel, DR. Abraham Samad dan Humas HTI Sulsel, Ustd. Hasanuddin Rasyid.
AKBP Setiadi dalam pemaparannya mengungkap bahwa praktek suap solusinya tidak cukup dengan “obat penghilang rasa sakit yang menyembuhkan”, namun perlu kajian akar masalah yang sesungguhnya untuk kemudian dicarikan solusinya, dengan tidak mengabaikan pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati. Dalam perspektif hukum saat ini, fenomena suap terjadi karena substansi hukum yang lemah, struktur hukum berupa penegak hukum yang berkinerja rendah dan kultur hukum berupa sikap masyarakat dan swasta yang juga terlibat dalam praktek suap. “Faktor keimanan yang lemah yang menjadi penyebab makin maraknya praktek suap.’tambahnya.
Sementara itu, DR. Abraham Samad yang dikenal sebagai penggiat anti korupsi di Sulsel mengatakan bahwa fenomena suap terjadi karena sudah rontoknya keimanan pada diri pelaku serta sikap kerakusan bersumber hawa nafsu yang tidak pernah merasa cukup. Dalam pemaparannya, pengacara terkenal di Makassar ini juga menggambarkan tatanan hukum di Indonesia yang laksana sarang laba-laba, yang hanya mampu menjerat dan menghukum orang-orang kecil, namun akan rontok apabila akan menyentuh orang besar atau dekat dengan kekuassan. “Pengadilan seolah sudah menjadi pasar untuk jual beli hukum, sehingga hanya akan berpihak pada mereka yang punya uang dan atau dekat dengan kekuasaan” tambahnya. Sebagai solusi, Abraham Samad menyampaikan bahwa saat ini bukan lagi reparasi atau tambal sulam di sana-sini. Apa yang terjadi di negeri ini adalah karena kerusakan sistem yang terbukti gagal memberikan keadilan. “Harus ada perbaikan hukum secara menyeluruh dan sistem sanksi yang tegas bagi para koruptor,”tambahnya.
Humas DPD 1 HTI Sulsel dalam pemaparannya mengungkap bahwasanya berbagai kebejatan yang terjadi di indonesia karena ideologi kapitalis-sekuler yang telah menguasai seluruh sendi kehidupan. “Dari awal memulai kehidupan berbangsa dan bernegara kita telah gagal membangun sebuah sistem yang baik, kita lebih memilih sistem sekuler yang hanya melahirkan barbagai kebejatan yang menggurita seperti tampak hari ini,”ujarnya. Ini berawal dari sikap kita yang meskipun mayoritas muslim di negeri ini namun tidak memposisikan Islam sebagaimana yang dituntunkan Allah dan Rasulnya. Yakni islam sebagai sebuah ideologi, sebuah sistem keyakinan yang melahirkan sistem komprehensif untuk mengatur segala sendi kehidupan, tambahnya. Tidak ada solusi lain kecuali kita kembali kepada islam dengan menegakkan syariah dan Khilafah, tandasnya. (LI-HTI Sulsel)
Terjadinya korupsi karena manusia memang diciptakan Allah dengan naluri menyukai kesenangan (Ali imran)namun manusia tidak menjadikan kesenangan akhirat sebagai kesukaannya. Tidak ada yg bisa menahan keinginan manusia menjadi kaya karena merupakan instict diciptakan manusia. Untuk memenuhi naluri ingin kaya, maka Allah memberikan petunjuk bahwa ada kesenangan melebihi kesenangan dunia dan kesenangan itu akan diterima oleh orang yang taat kepada Allah. Salah satu sarat untuk mendapatkan kesenangan akhirat adalah tidak hidup bermewah mewah didunia. Orang yang meyakini kesenangan akhirat dan menginginkannya, tidak akan hidup bermewah karena dilarang Allah, maka orang ini tidak akan melakukan koruspi. Orang yang ingin hidup mewah diakhirat, jangankan memakan hasil korupsi, memakan hasil yang halal saja masih takut, karena bisa jadi belum dikeluarkan hak fakir miskin atau kalau sudah dikeluarkan tetapi kurang dari semestinya. Keinginan hidup mewah adalah sebuah naluri setiap manusia yang diberikan Allah dan untuk memenuhi naluri keinginan hidup mewah itulah Allah menyediakan jannah, syaratnya jangan hidup bermewah dan bermegahan didunia, menginfakan kekayaan kepada orang miskin dalam keadaan lapang dan sempit.
semua pemateri pada waktu itu sepakat, bahwa akar masalahnya adalah lemahnya iman, hilangnya ketaqwaan dalam diri pelaku