Gaza – Pasukan Israel membunuh seorang pemuda Palestina yang mendekati perbatasan Jalur Gaza, Rabu, untuk berdemonstrasi menentang sebuah zona terlarang yang diberlakukan Israel di wilayah itu, kata saksi mata dan petugas rumah sakit.
Mereka menyatakan, pemuda berusia 20 tahun itu ditembak ketika ia dan puluhan demonstran lain memasang bendera Palestina di tanah dekat pagar perbatasan, sebelah timur Kota Gaza.
Beberapa dari pemrotes itu melemparkan batu, yang dibalas dengan tembakan senapan oleh pasukan patroli Israel di seberang pagar perbatasan.
Militer belum memberikan pernyataan segera mengenai kematian pemuda Palestina itu, yang menjadi korban tewas pertama demonstrasi mingguan yang diharapkan penyelenggara bisa menarik perhatian mengenai kebijakan Israel melarang orang Palestina mendekati perbatasan itu dalam jarak 300 meter.
Orang-orang yang melanggar aturan yang diberlakukan Israel itu berisiko ditembak di tempat.
“Ini demontrasi tanpa kekerasan untuk menentang pemberlakuan zona penyangga oleh Israel,” kata seorang aktivis asing pro-Palestina yang menyebut namanya sebagai Eva kepada Televisi Reuters.
“Orang-orang Israel menyatakan bisa menembak siapa pun di daerah ini. Namun, mereka mencaplok tanah pertanian Palestina. Mereka mencaplok tanah dimana orang Palestina hidup dan bekerja,” kata wanita itu.
Demonstrasi di perbatasan Gaza dimulai bulan lalu dan dilakukan seperti protes-protes serupa yang menentang perebutan tanah bagi pembangunan pagar pembatas oleh Israel di Tepi Barat, dimana orang Palestina berjuang untuk mendirikan sebuah negara.
Pasukan Israel dan orang bersenjata Palestina seringkali bentrok di sepanjang perbatasan Israel-Gaza.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah — Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.
Hamas hingga kini masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir Jalur Gaza pada 2005 namun tetap memblokadenya.
Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.
Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Pasukan Israel juga berulang kali membom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai ofensif pada 27 Desember 2008 dalam upaya menghancurkan terowongan-terowongan penyelundup yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir.
Angkatan Udara Israel membom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir pada saat ofensif itu dimulai.
Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya pada 2007.
Jalur Gaza, wilayah miskin yang berpenduduk 1,5 juta jiwa, sangat bergantung pada jaringan luas terowongan di perbatasan dengan Mesir bagi sebagian besar perbekalan sejak Israel dan Mesir menutup Gaza, kecuali untuk barang-barang keperluan sangat terbatas, setelah Hamas menguasai daerah itu tiga tahun lalu.
Operasi “Cast Lead” Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel tewas selama perang itu.
Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel. (ANTARA, 29/4/2010)