Hamid Karzai berikut pemerintahannya ternyata tak dipercayai oleh rakyat Afganistan. Terlebih, mereka yang tinggal di pedesaan.
Survei paling gres dari Pentagon, sebagaimana diperoleh dari media-media seperti AP, AFP, dan Reuters pada Kamis (29/4/2010) juga berkesimpulan, dukungan terhadap pemerintah tetap lemah. Ini gara-gara terus meningkatkan kekerasan di Afganistan sepuluh tahun belakangan.
Survei tiap dua tahun sekali oleh Kementerian Pertahanan AS ini terhadap keamanan dan kestabilan di Afganistan mengatakan pula, memang ada kemajuan di beberapa wilayah, tetapi Taliban tetap kuat dan semakin efektif. Laporan ini keluar menjelang pertemuan yang sudah direncanakan antara Presiden Hamid Karzai dan Presiden Obama di Washington, bulan depan.
Setidaknya, ada 121 distrik di seluruh Afganistan yang sudah dikenal para komandan militer Abang Sam (AS). Nah, tugas para komandan adalah memenangi pertempuran di tempat-tempat itu melawan Taliban. Cuma, hasil riset tadi menunjukkan tak sampai 25 persen dari jumlah penduduk yang tinggal di 121 kawasan ini simpatik pada pemerintah.
Bahkan lebih buruk dari itu, mayoritas dari mereka memilih bersikap netral atau mendukung Taliban. Laporan ini juga menyajikan sebuah potret bahwa kegiatan perlawanan mendapat tekanan, tetapi berhasil memperbesar kemampuannya dan memperluas jangkauannya.
Taliban, menurut laporan ini, memiliki pasokan uang, senjata, amunisi, dan orang-orang baru yang tetap. Diperkirakan, Taliban akan bergerak maju ke daerah utara dan barat pertengahan tahun ini.
Walaupun Pentagon menilai operasi-operasi militer berhasil, laporan ini mengatakan bahwa kemajuan di bidang pemerintahan dan pembangunan sangat lambat. Kementerian Pertahanan Amerika menilai korupsi, langkanya layanan dasar, dan perilaku yang sewenang-wenang dari aparat sebagai hal yang membantu keberhasilan serangan kelompok perlawanan.
Beberapa kalangan mungkin berharap bahwa laporan ini akan memberikan peluang lebih besar kepada Presiden Obama untuk menekan Presiden Afganistan Hamid Karzai, ketika mereka bertemu bulan depan.
Namun, kenyataannya adalah kedua pemimpin ini sama-sama berkepentingan terhadap masa depan Afganistan dan juga harus bersama-sama menanggung kesalahan yang sudah terjadi. Yang lebih penting lagi, mereka harus memutuskan bagaimana mengubah situasi ini karena tak satu pun di antara mereka yang boleh gagal. (kompas.com, 29/4/2010)