Pengunduran Menteri Keuangan Sri Mulyani dari jabatannya untuk menjadi salah satu direktur manajer Bank Dunia menuai kontroversi, di antaranya dari mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier dan Pengamat Ekonomi Syariah dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Arim Nasim.
Menurut Fuad Bawazier, pengunduran diri Sri Mulyani untuk segera bekerja di Bank Dunia membuktikan bahwa Sri Mulyani sebagai antek Bank Dunia atau IMF dan sekaligus membuktikan yang mengintervensi hukum ternyata bukan saja politisi dalam negeri (penguasa) tapi juga lembaga internasional dengan menarik/menyelamatkan Sri Mulyani dari ancaman hukum skandal Century ke Washington DC.
“Ini semakin menguatkan sinyalemen kita bahwa selama ini Sri Mulyani memang bekerja untuk IMF/Bank Dunia, makanya ketika anak binaannya ini terancam, sang majikan buru-buru menyelamatkannya,” ujarnya kepada mediaumat.com, Kamis (6/5) malam di Jakarta.
Arim Nasim menyanggah dengan tegas bila dikatakan bahwa Sri Mulyani sebagai putri bangsa terbaik dalam menangani krisis keuangan. “Menurut siapa? kalau menurut orang pro kapitalis/neoliberal dan agen-agennya yang didukung oleh media masa… pasti ia akan dianggap putri terbaik bangsa karena semua kebijakan yang dia lakukan sangat mendukung kepentingan para kapitalis dengan menjalankan model konsesus washington,” ujarnya kepada mediaumat.com.
Arim pun menyatakan bahwa sebelum menjadi Menteri Keuangan, Sri Mulyani adalah Konsultan USaid dan Direktur IMF, sehingga ketika ia menjabat jadi Menteri semua kebijakannya sangat pro liberal. Maka tidak aneh, ketika pertama kali diangkat jadi Menteri Ekuin/Bappenas maka statement yang pertama kali Sri Mulyani ucapkan adalah subsidi membebani APBN sehingga harus dikurangi, kemudian ketika ia diangkat menjadi Menteri Keuangan– disaat sebagian besar ekonom yang sadar menyatakan bahaya utang luar negeri dengan neoliberalnya– ia menyatakan bahwa utang luar negeri merupakan instrumen untuk mensejahterakan rakyat.
“Ternyata semua kebijaknnya bukan menyelesaikan krisis tapi malah memperparah krisis di negeri ini, terlebih lagi dengan terbongkarnya kasus Century dan mafia pajak semuanya menyengsarakan rakyat, termasuk juga kebijakan remunerisasi yang menaikkan gaji departemen keuangan,” papar Arim Nasim.
Keduanya menyambut baik pengunduran Sri Mulyani dari jabatanya karena sejalan dengan keinginan Pansus Angket Century DPR. “Mudah-mudahan segera diikuti pengunduran Budiono,” ujar Fuad.
Namun tidak bisa Sri Mulyani itu melenggang kangkung begitu saja, karena ia saat ini sedang berproses hukum dengan KPK. Oleh karena itu KPK harus mencekalnya. Jangan terlambat! Jangan sampai diadili in absentia. “Tapi kalau sudah dinyatakan KPK clear and clean, monggo kalau mau berangkat ke Washington DC mengabdi pada Bank Dunia,” papar Fuad.
Arim pun menegaskan bahwa Bank Dunia adalah salah satu alat kapitalis untuk menjajah Indonesia melalui kebijakan ekonomi dan keuangan. Sedangkan aktor pelaksana di Indonesia adalah mereka yang tergabung dalam Mafia Berkeley.
Hampir 40 tahun para mafia ini berkuasa dan menjalankan kebijakan ekonomi seperti Konsesus Washington termasuk di dalamnya privatisasi sektor publik melalui undang-undang yang mereka buat seperti UU tentang privatisasi air,migas, kelistrikan, penanaman modal dsb.
“Hasilnya? Mereka gagal meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dan justru semakin membuat Indonesia miskin dan menjadi salah satu negara gagal (failed state) di Asia,” ungkap Arim.(mediaumat.com, 7/5/2010)
Semoga Rakyat dan Pemerintah semakin sadar bahwa Indonesia telah disengsarakan dan dijajah secara ekonomi oleh Kapitalis Amerika lewat alat Bank Dunia dan antek antek nya orang orang Indonesia juga.