Surat kabar Amerika, Washington Post hari ini (18/5) melihat penderitaan tentara Muslim Zakaria Kaloun, yang mengatakan bahwa ia banyak mendapatkan pelecehan setelah insiden di Fort Hood, yang telah menewaskan 13 orang dan melukai 20 lainnya, setelah penembakan secara membabi buta yang dilakukan oleh seorang perwira Muslim terhadap rekan-rekannya. Kaloun menuduh bahwa militer AS mengabaikan urusannya dan tidak memenuhi janjinya untuk mengatasi masalah utama yang dihadapi pangkalan militer Fort Hood, pangkalan militer terbesar di negeri ini.
Surat kabar tersebut menceritakan bagaimana pemimpin pangkalan militer di Texas. memindahkan Kaloun yang berusia 20 tahun dari lokasi kerjanya pada Maret lalu demi keamanannya setelah menerima sejumlah ancaman pembunuhan. Namun pihak tentara tidak mampu membayar gaji yang dialokasikan untuk tempat tinggal yang jauh dari lokasi pangkalan. Akhirnya, Kaloun terpaksa berhutang dan mengambil 300 dolar dari kelompok nirlaba dengan jaminan harta bendanya untuk membayar utang.
Kaloun menegaskan bahwa ia telah menuntut gaji perumahan lebih dari sekali, namun usahanya itu tanpa hasil, hinga ia dipanggil oleh pemimpinnya setelah salah seorang wartawan menanyakan tentang tunjangan perumahan, dan ia mengatakan bahwa ia akan menerima tunjangan itu pada awal Juni.
Surat kabar itu mengutip dari Kaloun yang berkata, bahwa “Tidak ada seorangpun yang menanggapi masalah itu dengan serius, bahkan ada isu-isu penting terkait keamanan, kesetaraan, dan pelecehan atas dasar agama, dan yang jelas ini bukan hal prioritas di sini.” Hingga akhirnya ia meminta bantuan pengacara dari lembaga militer untuk mengajukan tuntutan hukum terkait kebebasan beragama (mediaumat.com, 19/5/2010)