Liputan6.com, Jakarta: Serangan tentara Israel ke Kapal Mavi Marmara yang sedang menuju Jalur Gaza, Palestina, Senin pagi lalu, membuat korban berjatuhan. Ratusan relawan dari sejumlah negara yang sedang berada di perairan internasional tak berkutik. Mereka yang tak bersenjata dipukul dan ditembak. Angka kemudian dirilis. Menurut versi Israel korban tewas berjumlah sembilan orang. Namun, versi para relawan menyatakan 19 orang tewas ditembak [baca: Aktivis Ungkap Kekejaman Tentara Israel].
Di berbagai belahan dunia, kecaman terhadap serangan Israel ke konvoi kapal misi kemanusiaan tak terbendung. Pemerintah dan masyarakat internasional dari berbagai negara Eropa, Amerika Latin, Australia, Asia, dan negara-negara Arab mengecam tindakan membabi buta tentara Israel tersebut. Di Indonesia, mahasiswa di sejumlah daerah turun ke jalan mengecam aksi Negara Zionis tersebut [baca: Kecaman terhadap Israel Terus Berlanjut].
Tumpahnya darah sudah bisa ditebak sejak awal. Meski berada di perairan internasional dan membawa misi kemanusiaan, Kapal Mavi Marmara tak akan mudah mendekat. Pasalnya, blokade Israel atas Gaza sudah dianggap sebagai harga mati. Selain itu, Israel tak pernah takut meletuskan senjata karena tak ada yang berani melawan dominasinya di Timur Tengah, bahkan sekadar untuk menegur pun.
Menurut Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina, Din Syamsuddin, kedua belah pihak, khususnya Israel, memang tidak pernah sungguh-sungguh untuk berdamai. Ditambah lagi adanya standar ganda yang digunakan negara-negara besar dalam melihat konflik ini. “Akibatnya, yang terjadi sekarang adalah terjadinya ketidakadilan di Gaza dan Palestina umumnya,” ujar Din dalam tayangan dialog Barometer SCTV, Rabu (2/6) malam.
Pendapat itu diamini Ketua Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto. Disebutkan, Israel punya cita-cita membentuk Israel raya dengan mencaplok wilayah-wilayah yang kini belum berada di kawasan Israel. Jadi, kata Ismail, mengharapkan Israel untuk berdamai tak ubahnya ibarat pungguk merindukan bulan. “Yang mereka (Israel) kenal hanya bahasa kekerasan,” ujarnya.
Direktur MER-C Jose Rizal Jurnalis menambahkan, secara ideologi Israel memang seolah sudah diperintahkan untuk selalu bertindak ofensif. Ada dua hal, pertama warga Yahudi merasa dia manusia terpilih sehingga layak menjadi pemimpin. Kedua, warga Yahudi memandang apa yang mereka dapatkan dengan mendiami wilayah-wilayah yang dulunya dimiliki Palestina tak lain merupakan tanah yang sudah dijanjikan untuk mereka. “Cara berpikir inilah yang harus dilawan,” tegas Jose Rizal.
Sumber: http://berita.liputan6.com
seharusnya negera-negara tetangga ditimur tengah mengirim pasukannya dan mehabisi orang-orang yahudi, karena darahnya pun halal untuk di bunuh.
bersatulah wahai kaum muslimin karena hanya kaum musliminlah yang terbaik di muka bumi ini. bukanya israel. karena israel dari dulu orang-orang yang terhina di dunia ini.
kecaman saja takkan mampu menghentikan kebiadapan Israel, kekerasan adalah bahasa mereka, maka JIHAD yang dikomandai oleh sebuah Daulah Khilafah adalah cara yang paling ampuh untuk menghentikan aksi brutal mereka.
Wahai kaum muslimin bersatulah…
KHILAFAH, we need you….!