Talkshow HIP Soloraya: “Obama, Terorisme dan Daulah Islamiyah

HTI Press. Hizbut Tahrir Indonesia Soloraya pada hari Ahad (13 Juni 2010) menyelenggarakan acara Halaqah Islam dan Peradaban (HIP) dengan tema: “Obama, Terorisme dan Daulah Islamiyah”. Acara pagi sampai jelang dhuhur yang bertempat di gedung Persaudaraan Haji Baron Solo itu menghadirkan pembicara : Ustadz Harits Abu Ulya (Lajnah Siyasiyah DPP HTI) dan Ustadz H. Ir. Ahmad Fadloli (Ketua DPD HTI Soloraya) dengan host.
Ustadz Harits menyampaikan bahwa Obama itu wajib ditolak oleh pemerintah dan rakyat Indonesia, tidak hanya oleh umat Islam. Karena Obama itu presiden negara penjajah. Beliau juga menyampaikan  bahwa berdasarkan banyak aspek tidak layak mengkaitkan terorisme dengan perjuangan penegakan daulah Islamiyah.

Ustadz Fadholi menyampaikan bahwa Negara Islam adalah negara yang menjadikan Islam sebagai asasnya dan syariat Islam sebagai aturan segala aspek kehidupan. Hal ini bukanlah persoalan sejarah, atau masalah diterima oleh mayoritas rakyat banyak atau tidak. Tapi ini adalah masalah kewajiban dalam agama. Sudah seharusnya setiap muslim terikat pada syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupannya termasuk bernegara, politik, ekonomi, dan peradilan. Sebagai konsekuensi keimanan seorang muslim kepada Allah dan juga cerminan dari kecintaan kepada Allah SWT dan Rosul-Nya yang.  Maka terkesan kontradiksi dengan beberapa statemen presiden SBY di beberapa kesempatan, misal sambutan KUII-V, Jum’at (7/5) di Jakarta;” Tuntunan Alquran dan Sunnah adalah pedoman hidup dan jalan yang lurus untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.Rasulullah pun telah mencontohkan tatanan peradaban yang dibangun atas dasar iman dan takwa. “Kita memiliki tugas sejarah untuk membangun dan mengembalikan kejayaan Islam!” tegas Presiden saat itu. Atau dalam acara Forum Ekonomi Islam Sedunia di Jakarta (2 /3/2009), SBY juga mengajak negara Islam bersatu atasi krisis dengan bersatu, negara-negara Islam akan bisa mengenang kembali kejayaan abad 13.

Ustadz Haris Abu Ulya menambahkan bahwa dalam konteks demokrasi, justru menjadi keniscayaan adanya perubahan “takdir” bagi Indonesia menuju masyarakat yang Islami, jika mayoritas warga negaranya menghendaki  dan mendukung kearah bangunan negara Islam, why not -kenapa tidak-? Di hadapan lima ratusan  peserta HIP putra dan putri pagi tersebut Ustadz Haris menjelaskan bahwa penegakan daulah Islamiyah dengan terorisme bertentangan dengan tujuan, karena mendirikan negara, jelas tidak sama dengan mendirikan bangunan fisik, tinggal merobohkan bangunan lama, lalu diganti dengan bangunan baru. Negara adalah entitas pelaksana, yang melaksanakan kumpulan pemahaman (mafahim), standarisasi (maqayis) dan keyakinan (qana’at) yang diterima oleh umat (an-Nabhani, Muqaddimatu ad-Dustur, hal. 6). Dengan teror, kekerasan bahkan kudeta, jelas tidak akan mengubah kumpulan pemahaman (mafahim), standarisasi (maqayis) dan keyakinan (qana’at) umat. Bahkan sebaliknya, umat menjadi antipati terhadap apa yang mereka perjuangkan. Karena itu, teror, tindak kekerasan dan kudeta tersebut justru nyata-nyata bertentangan dengan tujuan yang hendak diraihnya.

Acara tersebut diakhiri dengan doa penutup oleh ustadz Ahmad Syahid, S.Ag. (Ketua DPC HTI Surakarta). [Sekretariat Humas HTI Soloraya]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*