Waspadai Efek Domino TDL

JAKARTA – Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk industri yang berkisar 9-15 persen diyakini tak akan memberi pengaruh signifikan pada kenaikan harga barang produk industri. Namun, para pengusaha lebih mengkhawatirkan adanya efek domino kenaikan TDL yang berawal dari kenaikan harga bahan baku ditambah berkurangnya daya beli konsumen.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman, mengatakan, jika kenaikan TDL hanya terjadi secara individual, pengusaha makanan dan minuman masih bisa menahan untuk tak menaikkan harga jual ke konsumen dengan mengurangi margin laba. “Kontribusi energi (listrik) sekitar 10 persen dari struktur biaya. Jadi, kenaikan TDL hanya berpengaruh 1-1,5 persen,” kata Adhi, Rabu (16/6).

Namun, bisa saja produsen bahan baku menaikkan harga sehingga terjadi efek domino. Jika itu terjadi, penjual pun terpaksa menaikkan harga jual produk. Padahal, daya beli masyarakat sudah terbatas karena TDL rumah tangga juga naik 18 persen.

Akibatnya, terjadi penurunan penjualan sehingga pengusaha terpaksa menurunkan kapasitas produksi. “Pemerintah harus mengimbau semua pihak agar tidak ikut-ikutan menaikkan harga,” ujar Adhi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan, juga mengkhawatirkan efek domino kenaikan TDL yang di luar kendali. Misalnya, produsen menaikkan harga jual barang di luar batas kewajaran. Kenaikan TDL industri juga bisa memberikan dampak ganda, seperti kenaikan harga berkali-kali lipat jika dihitung sampai sepanjang tahun mendatang.

Rusman mencontohkan, kenaikan TDL membuat ongkos produksi naik sehingga harga barang ikut naik. Kemudian, industri lain yang membeli barang itu juga pada akhirnya menaikkan harga jual produk. “Jika model ini dirunut secara terus-menerus sampai ke bawah, harga di bawah bisa berkali-kali lipat,” kata Rusman.

Namun, Rusman menegaskan, inflasi sampai akhir tahun masih cenderung sesuai dengan proyeksi pemerintah, yaitu 5,3 persen. Dengan kenaikan TDL rata-rata 10 persen, kontribusi terhadap komponen inflasi secara keseluruhan 0,24 persen. “Proyeksi inflasi itu telah memasukkan komponen kenaikan TDL. Namun, ini belum termasuk dampak tak langsung dari kenaikan tersebut,” ujar Rusman.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, berjanji anggotanya tak akan menaikkan harga barang ritel karena kontribusi energi pada struktur biaya ritel hanya 2-3 persen. Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengingatkan pengusaha UKM akan menjadi kelompok yang paling merasakan dampak kenaikan TDL karena mayoritas mendapat beban kenaikan TDL paling tinggi.

Kenaikan TDL untuk pelanggan bisnis tertinggi menimpa golongan berdaya 1.300-5.500 VA dengan kenaikan 16 persen. Sementara itu, industri berdaya 2.200-200 ribu VA mengalami kenaikan TDL 12 persen.

Dampak kenaikan TDL per 1 Juli 2010 ternyata merembet juga pada Pertamina yang memutuskan menunda kenaikan harga elpiji 12 kilogram agar tak terlalu membebani masyarakat secara bersamaan. “Kita upayakan tidak berbarengan dengan TDL, apalagi saat ini sudah mendekati musim masuk sekolah,” kata Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan.

Kenaikan harga elipiji 12 kilogram rencananya dilakukan awal 2010 dengan kenaikan Rp 1.000 per kilogram. Harga akan dinaikkan setiap tahun hingga mencapai harga keekonomian sekitar Rp 8.500 per kilogram. Harga jual elpiji saat ini masih berselisih Rp 3.000 per kilogram dari harga pasar. (republika.co.id, 17/6/2010)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*