Para pejabat tinggi AS mengatakan pada hari Rabu (16/6) bahwa Amerika Serikat telah memberikan kepada Pakistan bukti-bukti tentang meluasnya pengaruh jaringan Haqqani yang beraliansi dengan Taliban Afghanistan. Dikatakan bahwa jaringan Haqqani ini memiliki hubungan dengan intelijen Pakistan.
Jaringan Haqqani merupakan faksi utama di gerakan Taliban, yang menjadikan daerah Waziristan, di Utara Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan sebagai benteng pertahanannya. Jaringan Haqqani ini dikenal sebagai pemasok pejuang yang menyeberangi perbatasan untuk memerangi AS dan pasukan asing di Afghanistan.
Washington melihat bahwa dalam jaringan ini tersimpan ancaman terbesar di Afghanistan. Bahkan Washington menilai pemimpinnya, Sirajuddin Haqqani sebagai salah satu musuh terbesarnya, mengingat ia di antara para pejuang Taliban di wilayah Timur Afghanistan yang terkemuka. Untuk itu, washington telah menjanjikan hadiah sebesar lima juta dolar bagi orang yang berhasil membunuh atau menangkapnya.
Jenderal David Petraeus, yang mengawasi perang di Afghanistan, sekaligus sebagai Panglima Komando Sentral AS menyampaikan di sidang Senat, bahwa dirinya dan Panglima Tertinggi Pasukan Amerika dan Pasukan NATO di Afghanistan, serta Ketua Gabungan Kepala Staf, mengangkat masalah link-link Haqqani dengan berbagai serangan di Afghanistan dalam pertemuan baru-baru ini dengan Panglima Tentara Pakistan, Jenderal Ashfaq Kayani.
Petraeus mengatakan, “Kami telah mendapatkan informasi terkait link-link pimpinan jaringan Haqqani yang berbasis di Waziristan Utara. Informasi itu mengatakan bahwa mereka jelas melakukan operasi komando dan kontrol dalam serangan di pangkalan udara Bagram, serangan di Kabul, serta serangan lainnya.”
Sedangkan Bagram adalah pangkalan utama untuk pasukan NATO di Afghanistan. Bagram telah diserang dengan roket dan granat pada bulan lalu, hingga menewaskan seorang kontraktor AS, dan melukai sembilan tentara. Pada bulan yang sama, telah tewas enam tentara asing dalam serangan terhadap sebuah konvoi militer di ibukota Afghanistan, Kabul.
Jenderal Amerika juga memperingatkan bahwa pejuang gerilyawan Haqqani memiliki ambisius “melampaui batas-batas nasional”, dan mereka sedang berusaha untuk memulai serangan di luar Pakistan dan Afghanistan.
Hubungannya dengan Intelejen
Amerika Serikat sejak lama menekan tentara Pakistan untuk melancarkan serangan pada faksi Haqqani. Akan tetapi para pejabat Amerika mengakui kesulitan untuk mewujudkan hal itu karena mendapat perlawanan dari badan intelijen Pakistan.
Seorang pejabat Amerika mengatakan bahwa “beberapa anggota intelijen Pakistan, tidak semuanya” senantiasa mendukung para milisi Haqqani.
Laporan sebelumnya oleh Lembaga Kajian Ekonomi di London, mengklaim adanya hubungan kuat antara Badan Intelijen Dalam Negeri Pakistan dan gerakan Taliban Afghanistan. Dan mengatakan bahwa Badan itu telah memberikan dana dan pelatihan bagi para pejuang Taliban, dan itu tercermin dalam kepemimpinan gerakan, sehingga memberikan pengaruh yang cukup besar atas berbagai operasi. Namun ini dibantah oleh Pakistan.
Tanpa menyebut nama jaringan Haqqani, Petraeus mengakui tentang adanya hubungkan sejak beberapa dekade antara Islamabad dengan kelompok perlawanan Soviet, ketika Soviet menduduki Afghanistan. Dikatakan bahwa kelompok itu adalah jaringan Haqqani. Ia menganggap bahwa menghubungan hal itu berguna dan perlu untuk mengumpulkan informasi intelijen tentang kelompok yang dinamakan dengan “para penjahat”.
Ada alasan strategis terkait keengganan Pakistan dalam melakukan serangan terhadap faksi Haqqani, karena adanya beberapa orang penting di Islamabad yang berpandangan bahwa itu akan memberikan bobot pengaruh yang strategis dalam penyelesaian akhir di negara tetangga Afghanistan.
Dikatakan bahwa Sirajuddin Haqqani telah mengambil alih komando jaringan Haqqani dari ayahnya, Jalaluddin Haqqani, seorang mantan pemimpin mujahidin selama invasi Soviet di Afghanistan pada dekade tujuhpuluhan dan delapanpuluhan abad lalu. Kemudian ia menjadi salah satu pemimpin utama Taliban setelah Taliban mendominasi negara ini (Afghanistan) hingga jatuhnya melalui invasi AS pada akhir tahun 2001 (aljazeera.net, 17/6/2010).