Harga Bahan Pokok Melonjak

JAKARTA – Bulan Ramadhan masih satu setengah bulan lagi, namun harga-harga barang kebutuhan pokok sudah mulai naik. Beban masyarakat pada Juli ini akan makin bertambah dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik dan juga tarif air bersih di berbagai daerah.

Di Pasar Kemiri Depok, Jawa Barat, kenaikan harga bahan pokok sudah terjadi selama sebulan lebih. ”Kenaikan ini terjadi secara bertahap, ada yang tiap pekan naik ada juga yang tiap hari naik,” kata Mia (36 tahun), pedagang Pasar Kemiri kepada Republika, Senin (27/6).

Beras mutu baik, misalnya, harganya naik per pekan. Awalnya harga beras Rp 6.300  per kilogram tapi kini naik hingga Rp 7.000 per kilogram. Daging ayam juga naik dari Rp 18 ribu menjadi Rp 25 ribu per kilogram. ”Banyak pelanggan mengeluh karena kenaikan ini. Tapi, mau gimana lagi,” kata Mia.

Harga sayur-mayur juga tak mau ketinggalan. Menurut Sakti (40 tahun), pedagang Pasar Kemiri, harga sawi yang biasanya seikat hanya Rp 1.000 kini Rp 3.000. Bahkan, mentimun harganya melonjak dua kali lipat menjadi Rp 4.000 per kilogram. Kenaikan paling tinggi terjadi pada bawang dan cabai. Bawang merah, misalnya, naik 100 persen menjadi Rp 15.000 per kilogram. Harga bawang putih pun naik Rp 8.000 menjadi Rp 25.000 per kilogram.

Cabai rawit yang awalnya Rp 12.000 per kilogram sudah melonjak menjadi Rp 25.000. Begitu pula cabai merah keriting yang semula berkisar Rp 12-15 ribu per kilogram melonjak hingga Rp 33 ribu per kg. ”Nggak tahu naiknya kenapa. Pokoknya dari distributornya naik saja,” kata Sakti.

Kenaikan harga bahan pokok terjadi di berbagai daerah. Di Lubuk Linggau, Sumatra Selatan, harga cabai merah keriting sudah menembus Rp 40 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 30 ribu. Komoditas sayuran seperti kol dan wortel rata-rata mengalami kenaikan 20 persen.

Di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, harga cabai merah sudah mencapai Rp 41 ribu per kilogram atau naik 100 persen sejak dua pekan lalu. ”Tapi, mulai besok dinaikkan menjadi Rp 44 ribu per kilogram,” kata Anis (34 tahun), pedagang di Pasar Tanjungpinang. Sementara di Samarinda, selama dua pekan ini harga sayur-mayur sudah mengalami kenaikan 10-20 persen, bahkan harga kentang naik 50 persen.

Kenaikan ini tak pelak mencemaskan warga. ”Belum lagi listrik mau naik, harga sayur-mayur sudah naik duluan. Kalau harga ini terus naik yang susah orang-orang miskin seperti kami,” kata Atik (27) pedagang nasi di kawasan Gelora, Kecamatan Lubuklinggau Timur II, Kabupaten Lubuk Linggau, Sumatra Selatan.

Efek psikologis TDL
Ekonom Universitas Indonesia, Nina Sapti, menilai, ada dua faktor yang menyebabkan kenaikan harga bahan pokok, yaitu faktor musiman dan efek psikologis rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL). ”Faktor musiman ini disebabkan oleh permintaan yang cukup tinggi terhadap barang kebutuhan pokok saat memasuki liburan,” ujar Nina. Dia memperkirakan harga akan terus merangkak naik hingga bulan puasa dan Lebaran.

Dari sisi psikologis, rencana kenaikan TDL pada awal Juli ini membuat tekanan harga semakin besar. Meski TDL belum naik, namun secara ekspektasi pasar menyambutnya dengan negatif. ”Mereka kan beralasan nanti naik karena kenaikan TDL,” kata Nina. Kemudian, pasokan barang yang berkurang juga bisa memengaruhi kenaikan harga. Misalnya gagal panen.

Melihat berbagai tekanan harga tersebut, Nina memprediksi tekanan Inflasi pada Juni ini akan jauh lebih besar dari bulan sebelumnya. Karena itu, dia meminta pemerintah untuk mengontrol dan menekan harga di pasar sehingga tidak memberatkan masyarakat.

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) juga telah meminta pemerintah menunda kenaikan TDL mulai 1 Juli 2010 karena dinilai akan sangat membebani masyarakat yang akan menghadapi bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. ”DPD mendukung penundaan kenaikan TDL per 1 Juli. Kenaikan mungkin bisa dilakukan setelah berlalunya Idul Fitri,” kata Wakil Ketua DPD, GKR Hemas.

Selain kenaikan TDL, beban masyarakat makin bertambah dengan langkah bebe rapa perusahaan daerah air minum (PDAM) menaikkan tarif air bersih. Sementara, PT Kereta Api Indonesia juga mengusulkan tarif kereta rel listrik (KRL) naik karena mulai Juli beban traksi listrik naik sembilan persen.(republika, 29/6/2010)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*