HTI Press. Sebagai pewaris para nabi, Ulama mempunyai peran, tugas, fungsi dan tanggungjawab yang amat besar dalam upaya membangkitkan umat menuju tegaknya kembali izzul Islam wal muslimin. Hanya saja, dalam iklim demokrasi sekularisme sekarang ini peran ulama semakin dimarjinalkan. Para ulama seakan hanya ditempatkan pada ruang ibadah mahdo saja, tidak lebih dari itu. Pun kalau para ulama mengeluarkan pandangannya terkait sebuah persoalan terkesan diremehkan. Terbukti sudah beberapa kali MUI mengeluarkan Fatwa namun fatwa tersebut dianggap sebagai angin lalu saja.
Citra dan kehormatan ulama harus dibangun kembali dihadapan ummat dan penguasa. Seharusnya ulama menjadi rujukan ummat dan penguasa dan bukan sebaliknya, ulama justru dijadikan perpanjangan tangan dalam memuluskan kepentingan penguasa.
“Untuk itulah kami dari Hizbut Tahrir tidak bosan-bosannya melakukan sinergi dengan kalangan Ulama, Kiyai dan Azatidz. Diharapkan dengan adanya konsolidasi internal yang rutin di kalangan para ulama Insya Allah kehormatan dan kemuliaan para ulama akan tetap terjaga dalam menjalankan tugasnya yang utama” Demikian kata Ustadz. Ir. Kemal Shodiq ketika ditemui di acara Workshop Ulama & Kiyai yang berlangsung di Gedung LAN Antang Makassar Ahad, 27 Juni 2010.
“Acara seperti ini bukan yang pertamakali diadakan. Bahkan diberbagai daerah di seluruh Indonesia pun sudah sering berlangsung. Tujuan utama dari workshop semacam ini adalah untuk meneguhkan kembali komitmen para ulama dalam perjuangan penegakan syariah dan khilafah” lanjut beliau yang kebetulan diamanahi sebagai koordinator SC workshop tersebut.
Di awal acara, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel Prof Muh Ghalib tampil membawakan sambutan sekaligus membuka workshop secara resmi. Dalam sambutannya beliau menyampaikan pesan agar para ulama tetap berada di garda terdepan untuk membina ummat sekaligus juga menjadi perekat persatuan ummat.
Di sesi selanjutnya, Ustadz Syamsuddin Ramadhan an-Nawiy kepada para peserta menyuguhkan materi yang menguraikan peran ulama dalam pejuangan menegakkan syariah dan khilafah disertai dalil dan pandangan ahlus sunnah wal jama’ah terkait kewajiban menegakkan khilafah islamiyah termasuk bergabung bersama jama’ah yang meperjuangkannya.
Tentu materi ini sangat menarik bagi para peserta dan pada sesi diskusi mereka mengelaborasikannya dalam bentuk pertanyaan, tanggapan, usulan dan termasuk dorongan kepada HT untuk tetap berjuang menyuarakan ide syariah dan khilafah.
KH. Abd. Kadir Parewe misalnya, Ulama sepuh yang sudah berusia 80 tahun ini meminta penjelasan yang lebih rinci tentang demokrasi yang diakuinya sebagai biang keladi dari masalah yang menimpa kaum muslim. ” Kalau demokrasi itu adalah sesuatu yang bathil, lalu bagaimana bagaimana pandangan HT terhadap dengan para ulama dan ummat yang turut memperjuangkan demokrasi ?” demikian pertanyaan mantan ketua DPRD Kab. Maros dari partai masyumi ini.
Menjawab pertanyaan tersebut, Ustadz Syamsuddin Ramadhan menjelaskan bahwa HT dengan tegas mengatakan bahwa demokrasi adalah system yang kufur, mengutip perkataan Syech Abdul Kadir Zallum, Amir Hizb yang kedua. “Demokrasi adalah sistem yang kufur, maka haram menerima, mengamalkan dan mendakwahkannya”.
Dikesempatan diskusi lainnya, meminta penjelasan tentang upaya dan langkah real apa yag bisa dilakukan untuk segera mewujudkan tegakknya syaiah dan khilafah, serta terkait perkara teknis lainnya ketika upaya unifikasi negeri-negeri islam ini hendak dilakukan. Dalam suasana forum yang cair, pemateri yang juga DPP HTI ini dapat memberikan jawaban secara gamblang dan jelas. Di sela-sela pemaparan beliau, panitia juga menampilkan tayangan geliat dakwah Hizbut Tahrir di kancah internasional termasuk di jantung kota negara kafir, Amerika. Setidaknya bagi para peserta, tayangan tersebut telah memberikan gambaran bahwa apa yang akan mereka perjuangkan nantinya adalah sesuatu yang sama di perjuangkan tidak hanya di Indonesia tapi telah menyebar diseluruh penjuru dunia.
Akhirnya, secara terbuka Ustadz Syamsuddin Ramadhan mengajak para ulama, Kiyai dan asatidz yang hadir untuk bisa sama-sama melakukan aktivitas yang serius dan sungguh-sungguh untuk menegakkan Khilafah. “Mari bekerja sama dengan kami dalam mewujudkan perkara yang besar ini dengan bergabung bersama Hizbut Tahrir” ajaknya.
Dari hasil kuisioner yang dikembalikan peserta kepada panitia, sebagian besar peserta menyatakan diri untuk bergabung kedalam HTI dan berjuang bersama-sama menegakkan syariah dan khilafah.
Sungguh , kabar gembira bahwa fajar kebangkitan Khilafah akan segera menyingsing, dan Janji Allah akan segera terwujud:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” (TQS. An-Nuur [24]: 55)
(Aulia Yahya, Lajnah I’lamiyah HTI Sulsel)
ALLAHUAKBAR!…