Jogjakarta, HTI Press. tepatnya di halaman kampus STEI Hamfara pada hari Ahad 18 Juli 2010, sejak pukul 13.30 WIB hingga 19.20 WIB suasana serius ratusan syabab Hizbut-Tahrir Indonesia beserta beberapa undangan duduk bersama menyaksikan video streaming Konferensi media Hizbut Tahrir yang dilaksanakan di Beirut, Libanon.
Kegiatan Nonton bareng tersebut sengaja digelar oleh Hizbut Tahrir DPD I DIY dengan panitia dari HTI Chapter kampus Yogyakarta bukan untuk menandingi nonton barengnya sepakbola yang baru sepekan lalu efuorianya berakhir, tetapi memang untuk membentuk kesadaran politik para syabab, dengan mengikuti konferensi media HT walau lewat media internet. Terselenggaranya konferensi ini memiliki dua tujuan yaitu, tujuan internal dan tujuan eksternal.
Tujuan internal : melatih untuk mempunyai kesadaran politik. Kesadaran politik yaitu pandangan terhadap persoalan dunia dengan pandangan yang khas.
Cara untuk mempunyai kesadaran politik :
a. Cara pandang politik : tidak hanya menjadi politikus nasional/regional namun juga menjadi politikus internasional
b. Cara pandang Islam : cara pandang yang menyeluruh secara utuh terhadap persoalan dengan memberikan solusi Islam.
Tujuan eksternal : bahwa perjuangan menegakkan khilafah sudah tidak bisa ditahan atau dibendung lagi. Memberikan sinyal kepada pemerintah negeri-negeri Islam atau barat, agar mereka siap jika nantinya khilafah tegak.
Menghalangi tegaknya Khilafah adalah upaya yang sudah “Out of Date”. Para pemikir Barat sekarang sedang mendiskusikan wacana “Bagaimana cara agar negara-negara Barat bisa berhubungan baik dengan Negara Khilafah saat Khilafah sudah berdiri nanti.” Demikian komentar Ust. Shiddiq dalam acara NonBar Konferensi Khilafah di Beirut sore tadi.
Konferensi media HT disiarkan secara live ke seluruh dunia, dari pukul 13.00 hingga 19.00 WIB atau dari pkl. 09.00 hingga pukul 15.00 Waktu Madinah, dengan pengantar bahasa dari masing-masing pembicara, seperti Prof Hassan Ko Nakata yang berasal dari Jepang menggunakan bahasa Arab. Walaupun tidak semua dengan bahasa Indonesia, para syabab tetap setia menyimak para pembicara, sesekali juga ditranslate ke dalam bahasa Indonesia. “Tetapi berbahagialah yang dapat menangkap dengan bahasa Arab secara langsung tanpa terkurangi maknanya dan berbahagia pula bagi yang belum dapat menangkapnya secara langsung karena dapat menikmati nonton bersama event ini” pernyataan Ust.hawari dalam sambutannya mewakili HTI DPD I DIY.
Secara teknis panitia menyediakan 2 layar, masing-masing untuk siaran langsung dan teks terjemah pidato. Isi konferensi tersebut membahas berbagai macam permasalahan umat Islam, seperti yang terjadi di negara-negara Arab dan Asia, kemudian krisis ekonomi yang melanda dunia dan juga permasalahan nuklir. Dalam acara nonton bareng ini juga dibumbui komentar para komentator yang memberikan analisisnya; antara lain, ustad Rahmat Aziz, SEI staf pengajar Padepokan Ulama Panatagama, mengatakan “HT mengadakan kegiatan di sana, merupakan sebuah keberhasilan, apa yg telah dilakukan HT selama ini adalah upaya menjelaskan kepada umat tentang akar permasalahan yang jelas, dan HT hanya memberikan solusi berdasarkan Islam saja. Ini tantangan yang sangat berat. Sehingga perlu kemampuan komunikasi yang luar biasa dan perlu uslub yg tepat agar umat dapat tertarik untuk mendengarkan ide-ide yg cemerlang”. Kemudian analisis juga disampaikan oleh Ust. Yoyok Tindyo, ST terhadap peran HT dalam internasionalisasi kejadian politik lokal. Misalnya Konferensi Khilafah Internasional (KKI) di Indonesia, Konferensi Ekonomi Islam (KEI) di Sudan, dan konferensi Media HT kali ini, untuk memimpin secara internasional, untuk mengopinikan tegaknya Khilafah. Harapan beliau bagi para pengemban dakwah, harus bisa mengetahui berita Internasional secara terus menerus, karena jika tidak, maka keinginan untuk mengopinikan isu taraf internasional tidak dapat dilaksanakan.
Hadir juga dalam kegiatan nonton bersama, Ust. Budi Mulyana, DPP HTI. Beliau memotivasi para penegmban dakwah bagaimana agar tetap bisa konsisten di jalan dakwah, karena salah satu tantangan dalam dakwah kita adalah memahamkan masyarakat atau tokoh-tokoh kuncinya. Misalnya, bagaimana memberikan gambaran kepada umat tentang pencekalan utusan dari Indonesia yang hingga saat ini belum mendapatkan visa dari kedubes Libanon, sementara Prof. Hassan Ko Nakata yang dari Jepang mendapatkannya. Padahal Libanon dan Indonesia sama-sama negeri muslim, sementara Jepang bukan negeri muslim, tapi mengapa Libanon malah mempermudah Jepang? Entah berapa juta orang yang menyaksikan secara langsung konferensi media hizbut -tahrir ini melalui media internet, karena setiap orang terbuka untuk mengaksesnya dan karena HT sendiri telah tersebar di lebih dari 40 negeri-negeri muslim di dunia, yang insyaAllah para anggotanya menyaksikan acara tersebut, apakah anda termasuk di dalamnya? (Azinnuddin-Hamfara)
iyalah ust.. kami nonton bareng juga di masjid kampus Univ. Negri Padang (UNP) tp ko ga masuk britany di web ini ya… ?!?!!