Dr. Nazreen Tantang Debat Anggota Parlemen Inggris Tentang Pelarangan Burqa
London, Inggris– Ketika larangan burqa diperdebatkan di berbagai parlemen Eropa, khususnya para politisi Inggris juga telah mengutarakan hal yang sama untuk mendukung pelarangan penutup wajah itu di ruang publik di Inggris. Para politisi itu termasuk diantaranya Philip Hollobone, anggota parlemen dari kelompok Konservatif untuk wilayah Kettering (daerah pemilihan di Northamptonshire) dan anggota dari Partai Kemerdekaan Inggris. Kebanyakan para pendukung pelarangan itu telah membenarkan sikap mereka atas dasar bahwa cara berpakaian tersebut merupakan penghinaan terhadap martabat perempuan, yang mengasingkan diri mereka dari masyarakat dan merupakan simbol penaklukan kaum laki-laki atas kaum perempuan.
Berkaitan dengan masalah ini, banyak surat dari Perwakilan Muslimah Hizbut Tahrir Inggris yang sudah dikirim kepada Philip Hollobone, dan kepada para anggota UKIP Nigel Farage dan Lord Pearson yang telah menganjurkan pelarangan burqa itu, dengan menantang mereka untuk melakukan suatu debat terbuka atas penyebab sejati penindasan atas perempuan di abad ke-21.
Dr. Nazreen Nawaz, Perwakilan Media Muslimah Hizbut Tahrir Inggris berkomentar atas hal ini, “Sudah sekian lama, serangan terhadap pakaian wanita Muslim telah digunakan sebagai selubung untuk membujuk para pemilih sayap kanan dan menyembunyikan prasangka rasial. Jilbab dan niqab sering digunakan oleh pemerintah sekuler sebagai kambing hitam yang nyaman untuk dikaitkan dengan berbagai penyakit sosial masyarakat termasuk perpecahan di masyarakat. Retorika kaum Feminis telah lama digunakan oleh para politisi Barat untuk kepentingan politik murahan mereka. Serangan kepada burqa pada saat ini juga tidak berbeda. ”
“Sementara mengklaim bahwa cara berpakaian menurut keyakinan agama yang mencerminkan kesederhanaan ini sebagai ketinggalan jaman dan bersifat menindas, para politisi itu mengabaikan objektifikasi tubuh perempuan dalam ‘Majalah-majalah yang memuat perempuan untuk kaum laki-laki’, yang berisi pornografi, klub-klub tarian erotis, periklanan, dan industri hiburan dalam masyarakat liberal kapitalis, semuanya diizinkan dengan premis kebebasan berekspresi dan didorong untuk mendapatkan laba. Tindakan-tindakan itulah yang sebenarnya merendahkan derajat, menurunkan nilai, dan menurunkan martabat perempuan. Tentu saja, bagi mereka yang memiliki kepedulian yang tulus atas hak-hak perempuan, melakukan suatu debat di parlemen tentang cara-cara merendahkan wanita tentu saja akan lebih menekan daripada menghadapi beberapa ratus wanita yang menutupi wajah mereka karena pengabdian mereka atas agama dalam masyarakat. Selain itu, bukanlah tanpa ironi bahwa banyak dari politisi laki-laki, yang menggambarkan burqa sebagai simbol penaklukan laki-laki atas perempuan, dengan melihatnya sebagai hal yang pas dari patriarki laki-laki untuk mendikte wanita tentang bagaimana cara berpakaian mereka yang boleh dan tidak boleh.”
“Burqa mungkin dicap sebagai ”simbol penindasan” tapi seruan untuk melarang pakaian Islami ini jelas merupakan sebuah simbol ‘kegagalan’ untuk meyakinkan intelektual muslimah untuk mengadopsi nilai-nilai liberal Barat karena mereka telah kehilangan argumen. Jadi, apakah politisi yang berbicara tentang kesetaraan gender dan hak-hak perempuan untuk mendukung larangan burqa itu memang benar-benar bersedia untuk menguji keyakinan mereka untuk melakukan debat terbuka tentang penyebab sesungguhnya dari penindasan perempuan, ataukah memang lebih mudah untuk bersembunyi di balik kerudung? ”
Surat Dr Nazreen untuk Philip Hollobone dapat dibaca di sini.
Sumber: http://www.hizb.org.uk (27/7/2010)
ALLAHU AKBAR…
JILBAB ATAUPUN KERUDUNG BUKANLAH SIMBOL PENINDASAN….
melainkan rasa sayang ALLAH pada wanita muslimah untuk mkenjaga kehormatan dan martabat nya dari pikiran2 kotor leleki yg tak bisa menahan nafsu nya…..