Philip Hollobone MP
Dewan Perwakilan
London
SW1A 0AA
26 Juli 2010
Re: Seruan Anda untuk Melarang Burqa di Inggris
Yth. Hollobone,
Saya menulis kepada Anda sebagai seorang muslimah dan sebagai Perwakilan Muslimah Hizbut Tahrir, sebuah partai politik Islam. Saya tidak memakai niqaab atau burqa tapi saya kenal banyak perempuan Muslim yang terhormat yang memakainya sebagai bentuk pengabdian keagamaan yang tulus.
Saya menghargai adanya kesempatan untuk melakukan suatu diskusi publik atau debat dengan Anda mengenai masalah penindasan atas perempuan – sesuatu hal yang sering diangkat sebagai bagian dari perdebatan tentang niqab itu. Saya ingin melakukan hal ini karena tiga alasan utama:
Pertama, saya percaya bahwa jauh dari penaklukan atas perempuan yang dilakukan Islam secara umum atau niqab secara khusus, sebagaimana yang diklaim banyak pihak, sebenarnya nilai-nilai liberal kapitalis Barat lah yang merupakan penyebab utama penindasan perempuan secara global. Objektifikasi tubuh perempuan dalam iklan, hiburan, dan industri pornografi yang semuanya dilakukan di bawah premis kebebasan berekspresi dan didorong untuk mengejar keuntungan dalam masyarakat kapitalis yang sebenarnya telah merendahkan derajat, menurunkan nilai, dan menurunkan martabat perempuan. Kaum perempuan telah detempatkan sebagai komoditi untuk memuaskan keinginan laki-laki, kehormatan mereka dibeli oleh pasar bebas, dan eksploitasi atas kecantikan mereka telah menjadi suatu yang normal, hingga pada titik dimana klub-klub tarian erotis sering saat ini merupakan metode yang dapat diterima oleh banyak perusahaan untuk menghibur klien-klien mereka. Hal ini sudah sedemikian menjadi hal rutin sehingga para delegasi pada konferensi Partai Konservatif 2008 ditawarkan tiket diskon untuk menghadiri suatu klub tarian erotis. Pencekokan gambaran atas kecantikan pada gadis-gadis muda telah menyebabkan banyak dari mereka yang melihat wajah dan tubuh mereka sebagai paspor keberhasilan dan bukan karena pikiran dan keterampilan mereka. Hal ini menyebabkan masyarakat harus mengevaluasi nilai atas perempuan sesuai dengan tingkat daya tarik mereka atas laki-laki. Semua inilah yang sebenarnya merupakan kemunduran bila dikaitkan dengan kemajuan perempuan dalam masyarakat, dan bukan lah mode cara berpakaian menurut keyakinan agama yang dipakai sebagai ekspresi kesopanan.
Berbeda dengan hal ini, Islam melihat martabat perempuan sebagai suatu yang sakral dan telah melarang mengeksploitasi penampilan dan objektifikasi-nya dalam masyarakat. Cara berpakaian Islami merupakan salah satu sarana yang untuk memastikan bahwa masyarakat menilai perempuan dari pemikiran, kemampuan, dan perilaku merea dan bukan dari penampilan fisik mereka.
Kedua, atas semua tuduhan bahwa perempuan berkerudung memutuskan diri mereka dari interaksi manusia normal dan keterlibatan dalam masyarakat, pada kenyataannya adalah penghinaan dan prasangka terhadap pakaian mereka, bersamaan dengan pelarangan jilbab dan niqab yang akan membuat muslimah terasing dari kehidupan publik dan menjadikan mereka orang-orang terbuang. Berkaitan dengan komentar yang menghina Anda bahwa cadar adalah simbol pemisahan dan ketakutan – suatu pernyataan yang meningkatkan diskriminasi atas wajah Muslimlah dalam masyarakat – orang bertanya-tanya siapakah yang memicu pemisahan dalam masyarakat. Selain itu, bukanlah tanpa ironi bahwa banyak laki-laki yang ‘mendominasi’ parlemen Eropa, yang menggambarkan burqa sebagai simbol penaklukan perempuan oleh laki-laki, dan memandangnya sebagai hal yang pas untuk menerapkan sifat patriarki laki-laki mereka untuk mendikte wanita tentang bagaimana cara berpakaian mereka yang boleh dan tidak boleh.
Ketiga, saya yakin perdebatan ini secara simultan akan mengeksploitasi membuat iklim permusuhan dengan kaum Muslim di Eropa menjadi semakin panas yang bertujuan politik murahan. Hal ini telah memberikan ekspresi penerimaan atas ungkapan rasis dan anti-imigran. Para politisi Eropa jarang membahas aspek apapun dari pakaian pribadi. Media biasanya membatasi cakupan pakaian perempuan bagi halaman mode mereka. Namun entah bagaimana banyak politisi dan media Barat memutuskan bahwa pakaian perempuan Muslim menjadi puncak agenda politik, bahkan melampaui masalah pendudukan Afganistan dan krisis ekonomi yang jauh dari selesai. Banyak orang yang mempertanyakan mengapa di tengah-tengah salah satu krisis ekonomi terburuk dalam memori hidup mereka, para politisi dan media Barat ingin memfokuskan perhatian nasional dan meluangkan waktu dan energi legislatif mereka yang berharga pada busana yang dikenakan oleh beberapa ratus perempuan muslim (jika mereka) ada dalam masyarakat mereka – selain mungkin untuk menjilat kepada sektor paling kanan komunitas mereka. Obsesi ini telah ditandai dengan kefanatikan mereka dengan cadar dan antagonisme larangan yang diusulkan itu atas cara berpakaian keagamaan yang telah memicu ketegangan, memicu prasangka, dan memecah belah masyarakat – dan bukan masalah pakaian perempuan.
Desakan untuk pelarangan niqab menunjukkan intoleransi dalam masyarakat sekuler Barat, meninggalkan kebebasan berbicara, toleransi dan pluralisme atas penampilan yang sedikit lebih daripada alasan di belakang rasisme, intoleransi dan fanatisme.
Saya harap Anda serius mempertimbangkan tawaran saya tentang debat publik, seperti yang saya dapat yakinkan kepada Anda bahwa meskipun cadar telah dicap sebagai simbol ‘penindasan’, seruan melarang wanita mengenakan pakaian Islam jelas merupakan ‘simbol kegagalan’ untuk meyakinkan kaum perempuan Muslim intelektual untuk mengadopsi nilai-nilai liberal Barat. Larangan itu memiliki semua hal untuk memaksakan pandangan Anda melalui kekuatan negara bukan dari kekuatan argumen, dan hilangnya perdebatan.
Hormat Kami,
Dr Nazreen Nawaz
Perwakilan Media Muslimah
Hizbut-Tahrir Inggris
Allahu akbar!
Go for it Dr Nazreen!
We’re here in Indonesia supporting you, and all brothers & sisters in Islam in UK!
May Allah bless you all!