Keluarga Hingga Negara Bertanggung Jawab atas Kerusakan Moral Remaja
HTI Press. Maraknya permasalahan di kalangan remaja saat ini cukup meresahkan masyarakat baik yang ada di wilayah perkotaan maupun pelosok desa. Banyak sekali kasus yang mewarnai remaja di negeri ini antara lain peredaran narkoba, tawuran pelajar, seks bebas beserta dampaknya dan masalah yang baru-baru ini kerap muncul yakni peredaran video porno para artis. Jika hal ini dibiarkan maka bukan tidak mungkin para remaja kita akan mengalami kerusakan moral yang lebih besar. Sementara itu kita tahu bahwa remaja adalah aset yang akan meneruskan cita-cita suatu bangsa, negara bahkan dunia.
Menjawab seputar permasalahan tersebut sekaligus dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli yang lalu, Muslimah HTI (MHTI) Ciputat-Tangerang Selatan telah mengajak masyarakat di sekitar Ciputat dan Tangerang Selatan (Tangsel) untuk mencari solusi dari sudut pandang Islam terhadap permasalahan ini yaitu dengan menyelenggarakan Talkshow Anak pada tanggal 31 Juli 2010 bertempat di lantai 2 Masjid Fathullah, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Acara yang bertema ‘Kerusakan Moral Remaja, Tanggung Jawab Siapa?’ ini dimulai dari pukul 08.30-11.00 dan dihadiri sekitar 70 orang. Narasumber yang telah dihadirkan dalam acara ini antara lain Ibu Euis Amalia, Kepala MTs/MA Muhammadiyah Tangsel, Hj. Dra. Tati Astariati, Ketua Badan Kontak Majlis Ta’lim (BKMT) Tangsel dan Ustdzah. Siti Rofidah, S. Pd., dari DPP MHTI.
Dua pembicara pertama yaitu Ibu Euis dan Ibu Tati lebih banyak menyorot permasalahan anak dilihat dari pengalamannya di tempat mereka berprofesi. Menurut Ibu Euis Amalia, salah satu praktisi pendidikan ini menekankan pentingnya keterbukaan komunikasi antara orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga disamping perlu memperhatikan lingkungan sekolah juga. Di sekolah tempatnya berkarya, Ibu yang dikenal vocal dalam kedisiplinan ini sudah mengatur metode pengajaran terkait Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Beliau menekankan perlunya disampaikan solusi dari setiap permasalahan bahan ajaran atau tidak hanya sekedar mengungkap fakta. Sedangkan Ibu Tati merasakan bahwa BKMT masih belum optimal dalam menangani kasus kerusakan moral remaja saat ini. Beliau meyarankan perlunya kembali berkomitmen kepada alqur’an dan hadist sebagai acuan untuk mengarahkan anak-anak didik. Saat ini majlis ta’lim di bawah pengelolaannya belum memiliki kurikulum untuk pendidikan remaja. Direncanakan ke depan akan dibuat kurikulum untuk pendidikan remaja di BKMT Tangsel. Menurut penuturannya juga saat ini Depag, sudah memiliki kurikulum khusus masalah akhlak yang disertai dengan para penyuluh fungsional dan honor. Mereka dianjurkan untuk menyampaikan tentang akhlak kepada masyarakat. Pembicara ketiga, Ustadzah Rofidah lebih banyak membahas permasalahan ini dari sisi sistem. Beliau memaparkan bahwa dalam Islam sudah ada tata aturan pergaulan yang bisa diterapkan.
Tidak kalah menariknya diantara peserta talkshow, ada Ibu Tuti Indra dan Ibu Yustanti dimana keduanya merasakan kurangnya perhatian pemerintah dalam menangani kerusakan akhlak pada anak akibat masalah tontonan. Selain itu mereka sangat berharap fungsi sekolah sebagai pembentuk budi pekerti anak bisa diaktifkan kembali disamping pentingnya peran orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya.
Menanggapi pertanyaan para peserta tersebut, ustadzah Rofidoh memaparkan bahwa Islam akan dirasakan sebagai rahmatan lil ‘alamin ketika aturannya dipakai sebagai aturan manusia. Islam mengajarkan untuk menundukkan pandangan, mengatur tentang pakaian, mengharamkan khalwat, mengharuskan pemisahan antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuan serta membolehkan kerjasama pria dan wanita selama dalam urusan syar’i. Artinya Islam mempunyai aturan interaksi laki-laki dan perempuan yang bisa menyelamatkan moral dari negeri yang mayoritas muslim dan kaya raya ini. Menurutnya tugas mendidik adalah tanggung jawab bersama. Peran negara harus lebih dominan karena di masyarakat sendiri belum memiliki gambaran target pendidikan anak yang ingin dicapai. ‘Problem bersama saat ini adalah bagaimana caranya menanamkan akidah kepada anak supaya bisa memunculkan idroksilabillah (kesadaran hubungan manusia dengan Allah SWT) dalam perilaku anak’, tutur ustadzah. Dari acara ini disimpulkan bahwa masalah anak adalah masalah bersama yang harus diselesaikan oleh keluarga, masyarakat dan negara dimana negara harus memiliki aturan yang tegas dan masyarakat harus berupaya mengingatkan negara supaya bisa menjalankan Syariat Islam. Wallahu ‘alam bis shawab. [] yuyu rahayu