Jakarta,– Berbagai acara digelar kaum Muslim semata-mata untuk menunjukkan rasa gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW dan Para Shahabat RA menyambutnya sejak Ra’jab, dua bulan sebelum bulan yang dirindukan itu datang.
“Allaahumma baarik lanaa fii Rajaba wa Sya’ban, wa baarik lanaa fii Ramadhaan(Ya Allah berkahilan kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami di bulan Ramadhan).”Begitulah doa yang dipanjatkan oleh lisan suci Nabi Muhammad seperti yang diriwayatkan Imam Ahmad.
Menjelang akhir Sya’ban Rasulullah SAW mengumpulkan massa dan berpidato menyampaikan keutamaan Ramadhan dan mengajak seluruh kaum Muslim untuk memperbanyak amal shalih di dalamnya.
Dalam rangka itu pulalah DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DKI Jakarta menggelar tausyiah Tarhib Ramadhan 1431 H,Ahad (8/8) pagi di depan Kantor DPP HTI, Crown Palace Jl Soepomo, Pancoran, Jakarta Selatan.
Dapat beramal shalih di bulan Ramadhan adalah kenikmatan yang tiada taranya. Dalam sambutannya, DPD I HTI DKI JakartaUst Faisal Abbas menegaskan Ramadhan adalah momen yang besar untuk menampakkan nikmat tersebut.
Tampakkan nikmat sehat itu dengan lebih giat lagi berdakwah, tampakkan nikmat harta dengan memperbanyak shadaqah di jalan dakwah. Nikmat Iman dan Islam juga harus ditampakkan dengan menerapkan syariah Islam.
“Jadikan Ramadhan sebagai energi pendorong untuk mempercepat proses tegaknya khilafah, institusi negara yang menerapkan syariah Islam kaffah!” ujarnya dihadapan sekitar seribu peserta yang hadir.
Kemudian tausyiah pun disampaikan secara berturut-turut oleh Ust Muhammad Marsi, anggota DPD I HTI DKI Jakarta, KH Thayib Izzi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta, Ust Syaifuddin Zuhri, Ulama dari Kebayoran Lama Jakarta, dan dai mantan artis Ust Hari Moekti.
Alquran, ujar Muhammad Marsi, diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan, Rasulullah SAW dan para Shahabat RA yang pertama kali menegakkan hukum-hukumnyauntuk melenyapkan kedzaliman. Pasca keruntuhan khilafah, kedzaliman marak di mana-mana. Apakah akandiserahkan kembali tugas menegakkan hukum Islam itu kepada Rasul dan para shahabat? Tidak mungkin.
“Kalau begitu tugas siapa mengembalikan Firman Allah SWT yang turun di bulan Ramadhan itu untuk ditegakkan kembali?” tanyanya retorik.
Sedangkan Thayib Izzi menegaskan target menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan itu untuk mencapai derajat takwa, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. “Inilah bekal kita untuk meniti kehidupan di hari kemudian,” tegasnya.Tanpa ketakwaan tentu saja kerusakan dan kesengsaraanlah yang terjadi.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin Imam Ghazali mengatakan, Sengsaranya rakyat diakibatkan oleh kedzaliman penguasa. Rusaknya penguasa itu diakibatkan oleh rusaknya ulama. Karena semestinya ulama adalah orang yang paling depan melakukan nahyi munkar kepada penguasa. Dan rusaknya ulama karena ulama itu tenggelam dalam cinta harta dan kedudukan.
“Lantas kalau ulama rusak, siapa yang mengoreksi?” tanya Syaifuddin Zuhri. “Syabab!…” teriak salah seorang peserta yang duduk di kursi depan, kemudian disambut pekik takbir syabab Hizbut Tahrir dan para ulama dan simpatisan yang hadir dari berbagai tempat di Jakarta.
Jadi tugas syabab itu ngomong! Ngomong kepada umat, penguasa, dan ulama. Sampaikan tsaqafah Islam kepada mereka. “Meskipun kamu dibunuh karena omongan kamu itu!” timpal da’i mantan artis Ust Hari Moekti ketika mendapat giliran memberikan tausyiah. Kalau tidak berani ngomong ya metu! keluar dari jamaah, karena orang seperti itu tidak layak menjadi syabab Hizbut Tahrir lagi.
“Hei penguasa!… Ganti!, Ganti!, Ganti sistem demokrasi, kapitalisme, sekularisme dan liberalisme yang diterapkan sekarang ini dengan syariah dan khilafah!” teriak Hari Moekti yang langsung disambut takbir peserta. Allahu Akbar!
Di akhir acara mereka pun berdoa agar Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan terakhir tanpa khilafah.(mediaumat.com)
subhanalloh