TOKYO-Warga Muslim Jepang, terutama yang tinggal di kota besar, menyatakan sulitnya memperoleh tanah untuk pemakaman. Prinsip-prinsip Islam Muslim menetapkan orang yang meninggal harus dikubur tanpa kremasi.Sementara aturan tata kota di Jepang umumnya justru melarang penguburan tanpa kremasi.
Meskipun undang-undang nasional tidak melarang penguburan tanpa kremasi, banyak pemerintah daerah, termasuk Tokyo, Osaka, dan Nagoya, melarang praktik penguburan mayat tanpa kremasi. Alasannya, demi kepentingan sanitasi lingkungan.
Pada tahun 2006, seorang Muslim laki-laki di Sapporo meninggal, meninggalkan istri dan tiga anak kecil. hnya sempat “disimpan” beberapa pekan sebelum akhirnya rekan-rekan Muslim lainnya mengumpulkan sumbangan untuk menguburkan tubuh, setelah sebelumnya mereka harus berjuang untuk memperoleh izin dari sebuah pemakaman di Yoichicho, Hokkaido.
Hal yang sama terjadi di Fukuoka, saat sepasang suami istri kehilangan jabang bayi yang lahir secara prematur. Pasangan itu menangis setelah mereka menerima bantuan dari pengurus Monjuin, sebuah kuil Buddha milik sekte Sotoshu di Koshu, Yamanashi. Kelompok ini memperoleh legitimasi untuk memungkinkan penguburan tanpa kremasi.
Belakangan, mereka menyisihkan bagian pemakaman 4.800 meter persegi khusus untuk umat Islam, di mana sekitar 120 makam Muslim sekarang berada di sana. Bahkan, mereka mengizinkan untuk pemakaian batu nisan dengan diukir huruf Arab, bukan huruf Kanji.
Asosiasi Muslim Jepang dan Islamic Center Jepang, dan Setagaya Ward, organisasi bantuan bagi kaum Muslim yang berbasis di Tokyo, telah berulang kali memperjuangkan tanah pemakaman khsus Muslim, upaya mereka selalu mentok. Hingga hari ini, hanya ada tiga pemakaman khusus Muslim yang telah ada dan lahannya sudah hampir habis, yaitu di Koshu, Kobe, dan Yoichicho.
Namun, pemakaman Kobe’yang dikelola oleh pemerintah kota mensyaratkan hanya mereka yang telah menjadi warga kota itu yang boleh dimakamkan di sana. Sedang pemakaman di Yoichicho terletak di daerah terpencil kota Hokkaido, sehingga merepotkan bagi keluarga untuk mengunjungi makam.
Oleh karena itu, umat Islam banyak yang memilih kuburan Islam di Koshu, Pdi barat Tokyo. Namun, kata Kazuhiko Furuya, kepala imam Monjuin, menyatakan, “Pemakaman akan penuh dalam beberapa tahun.” (republika.co.id, 16/8/2010)