SUKKUR, PAKISTAN-Banjir yang menimpa kawasan Pakistan dan situasi porak-poranda tak menghentikan muslim negara itu untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Mereka tetap berpuasa seperti bulan-bulan Ramadhan lalu.
Banjir yang dipicu oleh hujan monsun berat atas sebagian besar Pakistan mulai hampir dua minggu yang lalu, telah menewaskan sekitar 1.600 orang dan mengganggu kehidupan sekitar 14 juta, termasuk sekitar dua juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Banyak korban dari desa yang tergenang bertahan di tempat-tempat umum. Banjir menyebabkan mereka kehilangan toko makanan, lahan pertanian dan ternak.
“Kami tetap puasa akan tetapi kita tidak tahu bagaimana akan berbuka, apakah kita akan menemukan makanan atau tidak. Hanya Allah yang tahu.,” Kata Nusrat Shah, penduduk Pakistan yang duduk di samping sebuah jembatan di Sukkur, tempat ia menggelar alas tidur untuknya beserta keluarga. “Doakanlah kami,” pinta Shah, saat dia membuat teh di atas api berasap.
Puasa Ramadhan merupakan syarat untuk semua muslim berbadan sehat, namun mengecualikan Islam, antara lain, orang-orang yang bepergian, sakit atau tidak cukup kuat untuk menjauhkan diri dari makanan dan minuman. Desa yang tak terhitung jumlahnya telah ditelan dalam banjir dan banyak orang masih terdampar.
Sekitar 165 juta penduduk Pakistan ialah Muslim. Mereka berbuka dengan makanan yang dapat ditemukan. Ada yang hanya berbuka dengan makanan seadanya yang digoreng. Namun ada pula yang berbuka hanya dengan sebutir permen.
Gizi Buruk
Sebuah upaya bantuan besar internasional bersiap-siap menolong para korban banjir. Beberapa pekerja bantuan khawatir bahwa Ramadan bisa membahayakan kesehatan orang yang sudah menghadapi kekurangan pangan sehingga menyulitkan upaya untuk memberikan bantuan.
“Jelas, mereka tidak dalam posisi yang baik untuk berpuasa. Makanan yang mereka miliki dan konsumsi tidak cukup,” kata dokter yang turut serta memberikan bantuan, Ahmad Shadoul. “Namun, di sisi lain, puasa dapat menjadi langkah pencegahan untuk diare karena orang tidak minum air selama 14 sampai 15 jam.” ucapnya.
Ada cerita yang mengharukan dari keluarga Naseer Samroo yang baru saja dievakuasi oleh kapal angkatan laut dari desanya yang terhantam banjir di provinsi Sindh. Ia dan keluarganya sakit dan telah lapar berhari-hari tapi keteguhannya untuk menjalankan puasa tak tergoyahkan.
Naseer mengaku sedih. Tahun lalu, ia dan keluarganya masih dapat menghadiri festival Idul Fitri. Namun, karena bencana banjir yang menimpa rumahnya tersebut, ia pasrah masih dapat merayakan hari raya Idul Fitri atau tidak. “Kami sudah berpuasa selama empat hari. Kami akan taati Ramadhan tetapi kita tidak tahu bagaimana kami akan merayakan Idul Fitri,” katanya seraya mengenang festival di akhir bulan yang menjadi liburan paling menyenangkan sepanjang tahun. (republika.co.id, 12/8/2010)