بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Ada kegemparan besar seputar pembocoran dokumen-dokumen intelijen resmi melalui pemimpin redaksi Wikileaks, khususnya tentang stratagi Obama dalam memonitor perang di Afganistan dan Pakistan. Benarkah bocornya dokumen-dokumen itu menjadi ancaman besar bagi perang Obama di Afganistan dan Pakistan? Apakah pernyataan terbaru dari Cameron terkait Pakistan dan ekspor teror oleh Pakistan ada hubungannya dengan masalah kebocoran dokumen itu?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, wajib diperhatikan point-point berikut:
1. Bukan lagi rahasia bahwa strategi pemerintahan presiden George Bush dalam mengelola perang Afganistan telah gagal total. Strategi Bush bersandar pada dukungan Karzai dan pemberian stempel legal terhadap pemerintahannya dan kemampuannya mengelola pemerintahan, peningkatan kemampuan tentara Afganistan, mengikutsertakan unsur-unsur moderat dari perlawanan Pashtun di dalam pemerintahan, menekan Pakistan untuk bergerak melawan Taliban dan orang-orang bersenjata yang bermukim di daerah-daerah persukuan. Ketika Obama memegang tampuk pemerintahan tahun 2009, ia meminta pemerintahannya untuk melakukan peninjauan kembali secara menyeluruh terhadap strategi Bush.
Strategi Obama awal-awal dapat diringkas bahwa strategi itu bersandar pada doktrin-doktrin dasar yang menjadi sandaran Bush disertai penambahan jumlah tentara Amerika yang turut serta di dalam perang, menaikkan tingkat operasi serangan menggunakan pesawat tanpa awak terhadap kelompok bersenjata di wilayah Pakistan, memberikan tekanan tambahan terhadap militer Pakistan untuk melakukan operasi-operasi militer di daerah-daerah persukuan, khususnya daerah Waziristan. Perubahan lainnya dalam strategi itu adalah seperti upaya mengurangi jumlah korban di kalangan sipil dan penguatan lembaga-lembaga sipil. Hal itu untuk membuat strategi itu lebih diterima dalam pandangan opini pulik lokal dan internasional.
Meski demikian, upaya terus menerus Obama untuk mengurangi jumlah tentara Amerika yang tersebar di Afganistan mulai tahun 2011, telah secara terus menerus merusak strategi dan memicu diskusi antara pemerintahan Obama dan para komandan militer Amerika di lapangan. Juga menguatkan perbedaan di antara sekutu dan rezim-rezim lainnya seperti rezim Afganistan dan rezim Pakistan. Dari sisi pandangan Obama, jadwal waktu penarikan tentara merupakan hal mendasar bagi penguatan porsi pemilihan partai Demokrat terhadap saingannya secara signifikan dalam pemilihan presiden Amerika tahun 2012. Meski demikian, sejumlah komandan militer dan politisi telah menyatakan penolakan keras kepada pemerintahan Obama terhadap banyak permintaan Obama kepada militer Amerika dalam jangka waktu yang tidak rasional menurut mereka. Suara penolakan itu di antaranya yang paling keras adalah suara McChrystal yang dipaksa mengajukan pensiun dini dari militer AS, hingga jenderal Petraeus menggantikan posisinya. Petraeus tidak mampu menapakkan kedua kaki secara sempurna dalam menerapkan strategi Afganistan saat ini. Ia pun terpaksa mengerahkan banyak perubahan terhadap beberapa point strategi tersebut. Di mana dikeluarkan sejumlah release oleh Karzai yang mendorong kekuatan sekutu untuk tetap bertahan dan mewujudkan stabilitas di Afganistan sampai setelah tahun 2011. Pada saat yang sama Pakistan memprotes keras Amerika yang akan kembali mundur dari Afganistan dan akan membiarkan Pakistan menghadapi perang brutal melawan Pashtun di perbatasan. Berikutnya, sebelum kebocoran dokumen itu, pemerintahan Obama disamping menghadapi protes pahit dari para pengikutnya, juga menghadapi perlawanan yang makin gencar di dalam pemerintahan, kelas politisi dan militer Amerika sendiri.
2. Amerika Serikat selama sembilan tahun ini tanpa kenal lelah berupaya memaksa Pakistan untuk melakukan peran yang lebih besar dalam mewujudkan stabilitas di Afganistan. Itu berarti, komando militer Pakistan harus berjuang merubah pemikiran tentaranya untuk terjun ke kancah perang melawan warga yang hidup di daerah persukuan. Peran Musharraf dalam masalah itu sangat mendasar. Ketika dia dinilai tidak lagi mampu melayani kepentingan tuannya Amerika, dia pun dilengserkan dan posisinya digantikan oleh Kayani dengan harapan, Kayani akan lebih aktif dibanding pendahulunya. Sampai pada tingkat di mana Amerika memaksa pemerintah Pakistan agar memperpanjang masa jabatannya sebagai Kepala Staf Militer selama tiga tahun lagi. Perdana Menteri Pakistan Gilani mengatakan ketika memperbaruhi masa jabatan Kayani: “Kesuksesan operasi militer yang terwujud di bawah komando jenderal Ishfaq Kayani tidak akan tercapai seandainya bukan karena kepemimpinannya”. Ia mengatakan: “Operasi-operasi ini dalam tahapan yang sulit. Kelangsungan keberhasilan operasi-operasi ini menuntut kelanjutan Kayani duduk di komando tinggi militer” (Financial Times, 23/7/2010). Meski demikian, Amerika menelan kekecewaan akan upaya Kayani dalam memobilisasi tentara Pakistan untuk mendukung operasi militer Amerika di Kandahar dalam pergerakan melawan gerakan Taliban Pakistan di utara Waziristan, di samping dalam pergerakan melawan kelompok-kelompok bersenjata lainnya. Meski telah dilakukan sejumlah kunjungan para pejabat Amerika ke Pakistan dan diberikan bantuan sipil dan militer ke Pakistan, namun Kayani gagal dalam mewujudkan keberhasilan-keberhasilan yang signifikan melawan gerakan Taliban dan kelompok bersenjata untuk menghentikan mereka memanfaatkan tanah Pakistan. Kegagalan itu telah menyebabkan operasi Kandahar tertunda dan memicu munculnya janji Obama dalam kampanye pemilu untuk menarik militer Amerika dari Afganistan.
3. Akibat dari kegagalan yang jelas pemerintahan Obama di Afganistan, khususnya kegagalan itu diiringi dengan pembantaian warga sipil, maka akibatnya orang-orang daripartai Republik menyerang politik Obama di Afganistan… Hal itu membuat Obama khawatir bahwa suara-suara itu akan berpengaruh melemahkan porsi partai Demokrat dalam pemilu yang akan datang, baik pemilu sela atau pemilu akhir tahun ini ataupun pemilu presiden tahun 2012 mendatang.
Dalam situasi inilah muncul hiruk pikuk kebocoran dokumen-dokumen itu.
4. Dengan melakukan skaning mendalam terhadap dokumen-dokumen yang dibocorkan itu yang mencapai sekitar 90.000 dokumen, kami memperhatikan bahwa itu tidak mengungkapkan informasi-informasi baru seputar strategi Amerika Serikat di Afganistan atau Pakistan. Bahkan bagian paling besar dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan Afganistan dan Pakistan mengkritik kebijakan-kebijakan yang diadopsi Bush. Ini tidak aneh. Dokumen-dokumen itu tertanggal sebelum Obama menerima tugas jabatannya dan sebelum diumumkannya strategi terhadap Afganistan dan Pakistan. Karena itu, pembocoran dokumen-dokumen itu mengungkapkan kebobrokan pemerintahan Bush, bukan pemerintahan Obama. Hal itu membuat interpretasi terhadap respon Amerika Serikat yang bombastis seputar bocornya dokumen-dokumen itu adalah bahwa kebocoran dokumen diatur oleh pemerintahan Obama di Gedung Putih.
Interpretasi itu dikuatkan oleh apa yang dilansir oleh situs “salon.com” pada tanggal 27 Juli 2010 bahwa para analisis dari New York Times yaitu Mark Mazzetti dan Eric Achmitt seminggu sebelumnya telah pergi ke Gedung Putih untuk mendapat informasi dari pemerintahan Obama atas apa yang ingin diekspos. Semuanya mendapat bintang emas! Situs itu menambahkan perkataan mereka “Kami telah melakukan hal itu untuk memberi kesempatan kepada pemerintah untuk memberikan komentar dan bantahan, dan mereka telah melakukannya. Mereka juga memuji kami atas metode kami dalam memperlakukan dokumen-dokumen itu dan karena kami telah memberi mereka kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan karena kami menangani informasi-informasi dengan hati-hati karena rasa tanggungjawab”. [New York Times reporters met with White House before publishing WikiLeaks story, Salon, Jul 27 2010, http://www.informationclearinghouse.info/article26025.htm.]
5. Berdasarkan apa yang sudah disebutkan, memungkinkan kita menjawab pertanyaan di atas bahwa pemerintahan Obama sendirilah yang membocorkan dokumen-dokumen intelijen lama itu secara sengaja untuk dua tujuan:
Pertama, tujuan dalam negeri dengan menampakkan kepada para oposan pemerintahan Amerika bahwa asas kegagalan itu adalah pada masa pemerintahan sebelumnya. Dan dokumen tersebut membuktikan hal itu. Dan untuk menampakkan bahwa kebijakan-kebijakan sebelumnya itulah yang membuat pemerintahan Obama melakukan peninjauan kembali secara menyeluruh pada musim semi lalu. Itulah yang dinyatakan oleh Obama ketika ia mengatakan: “Walaupun saya prihatin dengan pembocoran informasi sensitif dari medan perang yang bisa mengancam individu dan proses, akan tetapi pada hakikatnya dokumen-dokumen itu tidak mengungkapkan masalah apapun yang belum dibahas sebelumnya dengan masyarakat umum tentang Afganistan. Fakta yang ada bahwa dokumen-dokumen itu menunjukkan tantangan tersendiri yang mendorong saya mengambil langkah-langkah peninjauan kembali secara menyeluruh terhadap kebijakan-kebijakan kita pada musim semi lalu” (BBC on line, 27/7/2010).
Kedua, tujuan luar negeri, untuk memberikan tekanan lebih besar kepada Kayani agar memobilisasi militer Pakistan untuk bergerak melawan Taleban dan Jamaah Haqani yang berada di utara Waziristan. Di sini harus diisyaratkan bahwa sebelum menggantikan Musharraf, Kayani adalah kepala dinas intelijen Pakistan tahun 2004-2007. Jadi kebocoran dokumen-dokumen itu menyulitkan Kayani.
6. Sedangkan terkait komentar David Cameron tentang sikap hipokrit Pakistan, maka hal itu memiliki sisi lain. Yaitu untuk menekan Pakistan dan tampil dengan penampilan mendukung kebijakan Amerika di Afganistan pada saat maksud dibaliknya adalah seperti kebiasaan politik Inggris yaitu mempermalukan Pakistan di depan rakyat Amerika dalam upaya untuk menjauhkan antara pemerintah Amerika dan Pakistan ketika rakyat Amerika tahu bahwa intelijen Pakistan mendukung Taleban untuk memerangi militer Amerika!
Disamping itu, pernyataan yang menggoyang Pakistan dan menyifatinya hipokrit itu menguatkan posisi India yang menjadi sekutu Inggris dan memikat loyalitas umumnya rakyat India dan bukan hanya pemerintahan partai Konggres yang loyal kepada Inggris. Karena sikap apapun yang berasal dari Inggris menentang Pakistan akan menambah kuat hubungan Inggris India. Apalagi Cameron dalam kunjungannya ke India didampingi oleh delegasi perdagangan yang besar dari pemerintahan Inggris saat ini untuk menyelesaikan kemunduran ekonomi dengan jalan membentuk hubungan-hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara lain dan terutama India yang merupakan pasar ekonomi yang terus tumbuh pesat. Maka penguatan hubungan persahabatan antara kedua negara akan tercermin dalam pertumbuhan ekonomi.
22 Sya’ban 1431 H
03 Agustus 2010 M