Taliban Hadiahi NATO Dengan Mimpi Buruk

Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( NATO ) memperkirakan akan menderita kerugian lebih besar di Afghanistan akibat sengitnya bentrokan dengan Taliban. Perkiraan ini disampaikan setelah tewasnya tujuh tentara Amerika dalam dua serangan di provinsi Kandahar, selatan negara itu. Sementara gerakan Taliban juga telah kehilangan sejumlah mujahidnya.

Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen memperkirakan peningkatan volume pertempuran pasukan internasional melawan Taliban dalam beberapa minggu dan bulan ke depan.

Rasmussen mengatakan bahwa eskalasi pertempuran bagian dari strategi pasukan internasional untuk mengusir pejuang Taliban dari kubu mereka di Helmand dan Kandahar. Ia mengatakan, bahwa hal itu berarti meningkatnya pertempuran dan kerugian. Namun ia mengatakan bahwa ia tidak melihat bahwa Taliban memiliki peluang untuk menang di garda depan militer, katanya.

Sementara di lapangan, gubernur provinsi Helmand, wilayah selatan Afghanistan mengatakan, bahwa seorang komandan lapangan dalam gerakan Taliban dan lima rekannya terbunuh dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan internasional dan Afghanistan di Girishk, wilayah Helmand, selatan Afghanistan.

Sementara di saat itu juga, tujuh tentara AS tewas dalam dua ledakan terpisah di Kandahar, selatan Afghanistan, sehingga jumlah korban pasukan NATO yang tewas tahun ini bertambah menjadi 479 orang prajurit, dan kebanyakan orang Amerika. Sedang tujuh tentara AS yang tewas dalam serangan terpisah itu terjadi pada hari Sabtu (28/8) dan Ahad (29/8).

Gelombang kekerasan terjadi setelah Taliban menentang Jenderal David Petraeus, komandan pasukan Amerika dan NATO, yang mengatakan bahwa pasukan penggerak militan telah dipukul mundur ke kubu mereka di Selatan.

Untuk menanggapi pernyataan Petraeus, Taliban mengadakan konferensi pers kepada wartawan dan media internasional di Afghanistan, dalam rangka “membuat dunia sadar akan fakta-fakta dan angka.”

Dikatakan bahwa konferensi ini bertujuan untuk “memperlihatkan situasi yang sesungguhnya serta penilaian atas kondisi saat ini, terutama di daerah-daerah yang diklaim oleh Petraeus telah dikuasainya.”

Sementara itu, Presiden Afghanistan, Hamid Karzai menyerukan perlunya peninjauan kembali strategi militer Amerika di negara itu, mengingat semakin meningkatnya aktivitas milisi Taliban, dan kerugian pasukan koalisi internasional.

Kantor berita AFP mengutip dari Karzai yang mengatakan-dalam pernyataan yang dikeluarkan terkait kunjungan Ketua Parlemen Jerman ke Kabul-bahwa “Pengalaman selama delapan tahun menunjukkan, bahwa memerangi (Taliban) di desa-desa Afghanistan tidak efisien dan tidak ada hasilnya.”

Oleh karena itu Karzai menilai bahwa meninjau dan memikirkan kembali strategi merupakan sebuah “kebutuhan mendesak mengingat situasi saat ini.” (aljazeera.net, 31/8/2010).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*