Jakarta – Motif penusukan jemaat HKBP di Bekasi ditegaskan polisi bukan karena faktor agama atau pelarangan beribadah. Penusukan dipicu karena kekesalan warga terhadap parkiran jemaat HKBP yang kerap membuat macet lingkungan sekitar karena menjadikan rumah tinggal sebagai tempat ibadah.
“Permasalahan ini dimulai dari adanya tempat tinggal rumah yang digunakan untuk kebaktian tepatnya di Jl Puyuh Raya, Mustika Jaya, Bekasi. Warga mulai keberatan karena pada hari Minggu, motor maupun kendaraan lain dari jemaat sering membuat macet,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Timur Pradopo dalam jumpa pers di kantornya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (14/9/2010).
Timur menceritakan permasalahan ini sudah ditanggapi dari tingkat kelurahan hingga ke atas. Namun masalah terus berkembang dan belum ada solusi hingga dilakukan dua kali penyegelan oleh Pemkot Bekasi. Penyegelan dilakukan pada Maret 2010 dan 20 Juni 2010. Namun pada 11 Juli 2010, jemaat HKBP beralih melakukan kebaktian di sebuah tanah lapang yang jaraknya 3 Km dari rumah kebaktian yang sudah disegel sebelumnya.
“Jemaat HKBP melakukan konvoi dari rumah kebaktian yang disegel menuju ke lapangan. Masyarakat saat itu melakukan penolakan,” jelasnya.
Sejak itu, Polres Bekasi melakukan pengamanan kebaktian di tanah kosong tersebut yang dipimpin langsung oleh Kapolres Bekasi. Hingga pada saat kejadian 12 September, kebaktian masih dikawal polisi meski hanya seorang anggota Polri yakni Briptu Galih Setyawan. Polisi sebelumnya sudah menjelaskan kepada jemaat HKBP atas konvoi yang bisa menimbulkan gesekan sosial. Namun meski diberi peringatan, jemaat HKBP tetap melakukan konvoi tanggal 15 Agustus, 22 Agustus, dan 5 September.
“Dari 9 tersangka yang ada di kami, mereka merasa terprovokasi (melakukan penusukan). Akhirnya meletus kejadian itu tanggal 12 September pukul 08.40 WIB,” ungkapnya.
Pada tanggal 12 September tersebut, konvoi berjalan dari rumah kebaktian menuju lapangan. Pengawalan Briptu Galih berada di depan rombongan jemaat HKBP. Tiba-tiba di tengah jalan, 4 orang masuk ke tengah konvoi dan menghalangi jalan rombongan dengan motor.
Melihat hal itu, bergegas, Briptu Galih menuju ke tengah-tengah rombongan jemaat HKBP. Keempat orang tak dikenal tersebut melarikan diri. Seorang jemaat bernama Asih tampak sudah berlumuran darah di bagian perutnya.
“Sesuai prosedur, Briptu Galih langsung memprioritaskan korban daripada mengejar pelaku. Korban dibawa ke klinik terdekat dengan menggunakan motor dan bantuan pendeta Lusfida,” imbuhnya.
Saat di perjalanan, pendeta Lusfida yang tengah memegang Asih di motor, tiba-tiba dipukul dengan kayu oleh seorang tak dikenal. “Kejadiannya cepat sekali. Ini peristiwa pidana,” tegasnya.
Timur menegaskan kejadian penusukan ini merupakan akumulasi dari ketidaknyamanan warga sekitar kebaktiian terhadap jemaat HKBP. “Tapi untuk motif selanjutnya akan kita kaji lebih dalam,” jelasnya. (detik.com, 14/9/2010)
pemerintah harus bertindak tegas atas pelanggaran yang dilakukan HKBP dan mengusut kasus ini hingga tuntas kenapa warga mengambil tindakan sendiri tentu ada sebabnya.. Umat Islam ayo bersatu menegakkan khilafah!! Allahu Akbar!!!