PHUKET- Di masa lalu, Muslim dan penduduk setempat hidup berdampingan secara damai di kota wisata Phuket, Thailand. Empat masjid berdiri tanpa hambatan.
Namun kini, pendirian masjid kelima dipersoalkan warga. Masjid yang menurut rencana bakal didirikan di Laem Phromthep ini ditentang. “Tak jelas apa alasannya, atau kalaupun ada, terlalu mengada-ada,” demikian harian Phuket Gazette mengulas.
Hanya sedikit rincian yang telah dibuat tersedia tentang proyek ini karena hanya pada tahap konseptual. Namun, kenyataan bahwa tidak berhentinya warga mengekspresikan kekhawatiran perlu dipertanyakan, tulis media ini dalam editorialnya.
Ruang doa seperti itu, tulis harian ini, adalah hal biasa di seluruh Thailand Selatan dan beberapa wilayah Thailand lain. “Tapi mengapa justru saat ini dipersoalkan?”
Beberapa pembaca menyerukan media ini menggelar jajak pendapat untuk mengukur opini publik mengenai apakah struktur yang diusulkan akan memberikan kontribusi untuk pembangunan daerah ini. Mereka mengaku lebih rela jika lokasi itu dijadikan tempat parkir mobil raksasa, atau toilet publik yang baru. “Tapi bukan masjid,” ujar mereka.
Media ini menyebut publik Phuket mulai latah dengan berita yang beredar di luar Thailand. “Pada tahun-tahun belakangan ini, Swiss telah mengadakan referendum yang menyebabkan pelarangan pembangunan minaret di masjid-masjid di negara itu, dan Prancis diperdebatkan apakah akan larangan burqa. Di belahan lain, politisi Belanda Geert Wilders terus cerat retorika anti-Islam untuk kepentingan politik pribadi. Di seberang Atlantik di New York, perdebatan terus marah atas pembangunan masjid dekat “Ground Zero”. Namun apakah kita akan ‘memboyong’ persoalan itu ke Thailand?” tulis media ini.
Mereka menduga beberapa sentimen yang mungkin telah diimpor ke Phuket. “Namun perlu diingat, bagaimanapun, bahwa Phuket tidak berada di Barat. Phuket ada di Thailand, negara yang penuh toleransi,” tulis mereka, yang menolak mentah-mentah rencana jajak pendapat itu. (republika.co.id, 20/9/2010)