Suasana Syawal pasca pelaksanaan ibadah shoum Ramadhan 1431 H menjadi suasana yang meriah bagi aktivis HTI Kota Tangerang Selatan yang pada hari Ahad 26 September 2010 mengadakan liqo syawal 1431 H. Agenda tahunan yang kali ini diadakan di Gedung Pertemuan Kawasan Puspiptek (Pusat Penelitian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Serpong diikuti oleh sekitar 400 peserta, yang terdiri dari para aktivis Hizbut Tahrir Indonesia Kota Tangsel bersama para ulama, ustadz/ustadzah, mubalighah, pimpinan majelis taklim di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Sementara itu selama peserta mengikuti tausiyah di dalam gedung, anak-anak disibukkan dengan berbagai lomba kreatif seperti mewarnai, hafalan do’a, nasyid, dll yang diadakan di sekitar halaman gedung dengan suasana alam yang asri di samping sebuah situ yang indah.
Dalam sambutannya atas nama DPD HTI Kota Tangsel Ust Muhammad Al-Fakkar menekankan untuk selalu mewujudkan suasana taat kepada Allah SWT, memohon ampun kepada-Nya dan saling memaafkan terhdap sesama manusia. Selain itu diingatkan pentingnya mewujudkan kekuatan umat, menyatukan berbagai komponen masyarakat terutama para ulama dan para tokoh dalam rangka perjuangan menegakkan syariah dan khilafah. Dalam kaitan ini agenda liqo syawal merupakan salah satu rangkaian kegiatan HTI di berbagai kota dan daerah untuk berkomunikasi dengan masyarakat, di samping agenda roadshow ziarah ke berbagai tokoh dan ulama yang dilaksanakan selama bulan syawal.
Dalam paparan politik dan tausiyahnya Ust Harits Abu Ulya menekankan pentingnya umat Islam untuk mencermati berbagai isu mutakhir seperti kasus Ciketing Bekasi, kasus pembakaran al-Quran dan terorisme. Ada ketidakadilan respon yang ditunjukkan oleh penguasa, media dan dunia terhadap isu-isu tersebut. Isu Ciketing yang sesungguhnya sangat komplek dengan kronologis waktu yang panjang telah diplintir sedemikian rupa sehingga seolah-olah merupakan isu yang berkaitan dengan sikap radikal umat Islam trhadap sekelompok umat lain untuk menjadi stempel bahwa umat Islam tidak toleran. Padahal korban-korban sebelumnya dari kalangan umat Islam tak pernah dipublikasikan. Tak tanggung-tanggung, AS dan penguasa negeri ini merespon dengan sangat serius. Adapun isu pembakaran al-Quran tidak mendapatkan respon yang memadai baik oleh pemerintah, umat Islam dan media massa, kalaupun ada respon sangat terlambat. Isu pembakaran al-Quran yang sesungguhnya nuansanya untuk mengopinikan bahwa al-Quran sebagai inspirator dan sumber kekerasan, dianggap sebagai hal yang lumrah sebagaimana al-Quran bisa dibakar oleh siapa saja. Isu terorisme juga telah disetting sedemikian rupa mengikuti negara yang memberi komando dalam “war on terrorism” yakni AS untuk meposisikan Islam dan kaum muslim sebagai tertuduh.
Acara ditutup dengan doa dan ramah tamah. Dalam doanya Ust H. Mu’in Basuni (Sekretaris Umum Forum Komunikasi Pondok Pesantren Kota Tangsel) menyampaikan syair-syair “Khilafah Wa’dullah, Khilafah Wa’dullah” untuk mengingatkan pentingnya perjuangan menegakkan Khilafah. (DPD II HTI Kota Tangsel)