Surat kabar The Wall Street Journal pada hari Jumat (22/10) mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang berupaya untuk memperkuat kehadiran Badan Intelejen Pusat Amerika (CIA) guna menghilangkan kantong aktivis militan Islam di dekat perbatasan dengan Afghanistan.
Surat kabar itu menambahkan dengan mengutip dari pejabat senior bahwa pemerintah Presiden Barack Obama telah meminta dalam beberapa pekan terakhir dari Pakistan agar mengizinkan sejumlah besar perwira CIA, dan para pelatih operasi militer khusus untuk memasuki negara itu, dalam rangka meningkatkan tekanan terhadap aktivis militan Islam.
Sejauh ini, di permukaan, pemerintah Pakistan menolak permintaan ini. Namun ada indikasi kuat tentang kemungkinan untuk memperkuat kehadiran militer AS di Pakistan, demikian surat kabar tersebut menjelaskan.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton mengumumkan pada hari Jumat (22/10) bahwa pemerintah AS akan meminta Kongres agar menyetujui bantuan militer untuk Pakistan periode 2012-2016 sebesar dua miliar dolar setelah berakhirnya bantuan sebelumnya, yang berlangsung selama lima tahun.
Ia mengatakan selama pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Pakistan, Syah Mahmud di Washington bahwa Amerika Serikat tidak memiliki mitra yang lebih kuat (dari Pakistan) dalam perang melawan terorisme.
Hal ini akan melengkapi program bantuan militer dengan program bantuan sipil yang jumlahnya mencapai 7,5 miliar dolar, yang sudah disetujui oleh kongres Amerika.
Clinton mengatakan bahwa pemerintah AS juga akan meminta 27 juta dolar untuk membiayai pendidikan dan pelatihan militer di Pakistan. Dengan demikian, Pakistan merupakan salah satu negara utama yang menerima bantuan luar negeri militer AS setelah Israel dan Mesir.
Bertambahnya jumlah agen CIA di Pakistan sangat terbuka lebar dalam beberapa tahun terakhir, demikian kata surat kabar Amerika tersebut, namun jumlah yang tepat tidak diungkapkan (kantor berita HT, 25/10/2010).