Banjarbaru, HTI Press – Genjarnya isu dan propaganda terorisme dan radikalisme yang dialamatkan pada kelompok Islam dinilai sejumlah pengamat politik Islam Banjarmasin dan Banjarbaru sebagai skenario penjajah.
Ketua DPD II Kota Banjarbaru Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ali Imran dalam keterangannya disela acara silaturahmi HTI bersama ratusan tokoh masyarakat peduli syariah di Aula Bapelkes Banjarbaru, Minggu (31/10) mengatakan, opini terorisme dan radikalisme sejatinya merupakan propaganda yang didesain melalui tangan-tangan media untuk membendung besarnya keinginan masyarakat menerima dakwah Islam.
Terlebih kata dia, upaya penerapan syariah dalam bingkai khilafah belakangan sudah kadung menjadi buah bibir dan telah lama mendapat tempat di hati ummat Islam.
Lebih jauh, dua orang narasumber pada kegiatan tersebut mengungkapkan sejumlah fakta adanya skenario sistemik yang dilakukan imperialis kapitalis sekuler untuk mengokohkan kepentingannya di Indonesia.
Ketua Lajnah Siyaisiyah HTI Kalsel, Hidayatullah Muttaqin SE MSi mengatakan kontra terorisme dan radikalisme di Indonesia dilatarbelakangi dan didorong oleh kondisi global, yakni terancamnya penjajahan Barat atas dunia, khususnya Negara-negara muslim di Asia.
Hidayatullah menyebut opini tersebut sebagai sebuah proyek yang sejatinya bukan ditujukan untuk memberantas terorisme, namun untuk membidik sejumlah ulama, aktivis dan kelompok Islam Ideologis yang memperjuangkan syariah dan khilafah dengan metode intelektual non kekerasan.
“Desain opini ini dialamatkan untuk menghalang-halangi kelompok Islam pengusung ide syariah dan khilafah dan berusaha mengaitkannya dengan terorisme,” ujarnya.
Islam tambah Hidayatullah, bukan ancaman bagi Indoesia. Sebaliknya, Islam justru solusi atas problematika yang terjadi di negeri ini.
“Solusi ini dianggap penjajah dan sistem kufur sebagai sebuah ancaman. Sehingga satu-satunya penghalang penerapan syariah di Indonesia adalah masih bercokolnya penjajah dan diterapkannya system kufur dalam kehidupan dan pemerintahan,” tukasnya.
Senada dengan itu, Ketua Lajnah Tsaqofiyah HTI Kalsel, Muhammad Taufik NT SPd MSi menyatakan dari sudut pandang aqidah, upaya menghalang-halangi dakwah Islam dalam bentuk makar dan propaganda merupakan sunatullah. Sebab kondisi serupa kata dia, juga terjadi dan dialami Rosulullah saw.
Untuk itu, tegas Taufik, harus ada aktivitas nyata untuk menghadapi makar dan propaganda dengan cara menyadarkan ummat dengan membongkar makar-makar para penjajah.
Dalam konteks kekinian menurut Taufik, umat juga harus dicerdaskan dengan cara, mereka (Umat,red) harus memperhatikan urusan umat Islam, apa yang terjadi sekarang, telidi dalam menerima informasi dan melihat segala sesuatu dengan sudut pandang aqidah Islam.
“Selain itu, ummat ini harus bersatu mengembalikan keutuhan umat Islam sebagai umat yang satu, satu perasaan, satu pemikiran dalam mengemban dakwah Islam,” katanya. (Lajnah I’lamiyah DPD II HTI Banjarbaru)