Menteri Inggris yang bertanggung jawab atas kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, Alistair Burt mengumumkan bahwa Inggris dan Aljazair akan memperkuat kerjasamanya di bidang keamanan, khususnya “Pembentukan sebuah komite bilateral untuk memerangi terorisme,” katanya.
Selanjutnya, menteri Inggris ini menyatakan bahwa komite ini akan memungkinkan bagi Inggris dan Aljazair untuk bekerja dalam berbagi informasi dan pelatihan. Bahkan, Burt menganggap Aljazair sebagai “sekutu utama” bagi Inggris.
Setelah Presiden Aljazair, Bouteflika melakukan konsolidasi dalam tubuh pemerintahannya di Aljazair, maka berbagai hubungan dagang meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, dan mencapai sekitar 327 juta pound sterling pada tahun 2009, ini meningkat sebesar 22% dari tahun 2008.
Inggris telah menjadi salah satu negara Uni Eropa terbesar dalam berinvestasi di Aljazair, terutama di sektor produksi minyak dan gas, di mana sekitar 115 juta euro telah diinvestasikan di dua sektor tersebut.
Inggris mendukung sikap Aljazair yang menolak intervensi AS di kawasan tersebut. Menteri Inggris itu berkata: “Negara-negara di kawasan itu harus memerangi terorisme dengan kekuatan lokal sendiri. Mengingat terorisme bukan tanggung jawab negara-negara Barat saja.”
Untuk menegaskan tidak adanya intervensi asing di Aljazair, maksudnya adalah AS, maka menteri Inggris menyatakan tentang “Kesediaan London untuk memberikan Aljazair peralatan militer yang mereka butuhkan dalam perang melawan terorisme.”
Dengan intervensi Inggris yang terang-terangan di Aljazair ini dapat dikatakan bahwa intervensi ini merupakan reaksi yang kuat atas usaha-usaha AS untuk membawa Aljazair ke Mauritania dan negara-negara Sahara pada sistem keamanan di kawasan itu dengan dalih memerangi terorisme!! (kantor berita HT, 17/11/2010).