Menolak Musibah Dengan Dakwah

Musibah atau bencana itu ada dua: pertama, bencana alam karena benar-benar akibat faktor alam seperti: gunung meletus, gempa bumi, kekeringan karena musim kemarau panjang, dll. Kedua, ‘bencana kemanusiaan’ karena memang akibat ulah manusia seperti: banjir dan longsor akibat hutan banyak ditebangi dan gunung banyak digunduli, kemiskinan di tengah melimpahruahnya kekayaan alam akibat kekayaan itu dikuasai segelintir orang, maraknya penyakit kelamin dan AIDs karena merajalelanya perzinaan dan penyalahgunaan narkoba, dll.

Bencana alam tentu merupakan qadha’ Allah SWT yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Bagi seorang Muslim, bencana alam bisa merupakan cobaan atau ujian. Bencana ini hanyalah agar kita bersabar (QS al-Baqarah [2]: 155-157). Namun, bencana kemanusiaan lebih merupakan peringatan yang Allah SWT timpakan kepada manusia sebagai akibat kemaksiatan mereka. Bencana ini adalah agar manusia segera ingat kepada Allah SWT, dengan segera meninggalkan kemaksiatannya dan segera kembali (bertaubat) kepada-Nya (QS ar-Rum [30]: 41). Bencana kemanusiaan ini sejatinya bisa dihindari oleh manusia. Kuncinya ada dua: Pertama, manusia tidak gemar melakukan kemaksiatan. Kedua, di tengah-tengah mereka selalu berlangsung aktivitas dakwah serta amar makruf nahi munkar.

Sayang, selain justru banyak manusia gemar melakukan kemaksiatan, aktivitas dakwah dan amar makruf nahi munkar pun banyak ditinggalkan oleh kebanyakan kaum Muslim. Padahal jelas, kedua aktivitas ini wajib bagi setiap Muslim. Banyak nash Alquran maupun Hadits yang memerintahkan kewajiban ini. Allah SWT, antara lain, berfirman: Kaum Mukmin laki-laki dan wanita itu sebagian mereka adalah penolong sebagian yang lain; mereka melakukan amar makruf nahi mungkar… (TQS at-Taubah [9]: 71); Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi munkar, dan beriman kepada Allah… (TQS Ali Imarn [3]: 110); “Wahai anakku, dirikankanlah shalat dan lakukanlah amar makruf nahi mungkar…” (TQS Luqman [31]: 17).

Baginda Rasulullah SAW juga bersabda, “Tidak seorang nabi pun yang Allah utus di tengah-tengah umatnya sebelumku, kecuali ia memiliki hawariyyun (para penolong) dan orang-orang yang selalu terikat dengan sunnah-sunnahnya. Mereka selalu mengikuti perintahnya. Namun kemudian, setelah mereka ada golongan umat yang melakukan penyimpangan. Mereka menyatakan apa yang tidak mereka lakukan dan melakukan apa tidak diperintahkan kepada mereka. Siapa saja yang berusaha mencegah mereka dengan tangannya, dia adalah Mukmin. Siapa saja yang berusaha mencegahnya dengan lisannya, dia adalah Mukmin. Siapa saja yang berusaha mencegahnya dengan kalbunya, dia adalah Mukmin. Di luar itu, tidak ada keimanan sedikit pun, meski sebesar biji sawi.” (HR Muslim).

Bahkan perintah untuk melakukan dakwah dan amar makruf nahi munkar ini dikaitkan dengan ancaman dari Allah SWT. Baginda Rasulullah bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, kalian melakukan amar makruf nahi munkar ataukah Allah akan menimpakan azab atas kalian dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, sementara Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR at-Tirmidzi).

Beliau pun bersabda, “Tidaklah seseorang berada di tengah-tengah kaumnya dan dia melakukan ragam kemaksiatan, sementara kaumnya itu mampu mencegahnya tetapi mereka tidak melakukannya, kecuali Allah pasti akan menimpakan kepada mereka siksaan sebelum mereka menemui kematian.” (HR Abu Dawud, Ibn Majah dan Ibn Hibban).

Dituturkan pula oleh Ibn Umar, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya amar makruf nahi munkar itu tidak akan menghilangkan rezeki ataupun mendekatkan kalian pada kematian. Sesungguhnya para rahib Yahudi dan para pendeta Nasrani, tatkala mereka meninggalkan amar makruf nahi munkar, maka Allah melaknat mereka melalui lisan para nabi mereka, kemudian Dia menimpakan bencana atas mereka secara umum.” (HR al-Ashbahani dalam at-Targhib wa at-Tarhib).

Karena itulah, aktivitas amar makruf nahi munkar adalah aktivitas terpenting di dalam syariah yang dibawa Baginda Nabi Muhammad SAW. Bahkan dengan aktivitas inilah umat Muhammad menjadi umat yang paling mulia (QS Ali Imran [3]: 110).

Tidak diragukan, bahwa dakwah dan amar makruf nahi munkarlah yang menjadikan umat ini terpelihara dari kemunduran, kejatuhan dan kehancuran; dari tersebarnya kemaksiatan, kerusakan dan kefasikan; dari hilangnya kekayaan negeri dan kemunduran akhlak. Itulah yang bisa kita lihat pada masa-masa awal generasi umat Islam.

Sebaliknya, tidak diragukan pula bahwa umat-umat terdahulu yang melalaikan amar makruf nahi munkar ditimpa azab oleh Allah SWT. Na’udzu billah min dzalik. [] ABI

2 comments

  1. ibnu khilafah

    lebih baik di dakwahi walau pun dia mati dalam keadaan faham tentang dinullah,dengan begitu dia jadi syahid.

  2. setuju sekali,tp ditengah situasi dmana agama sudah tdk lg mnjd pedoman hidup,orang yg senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar selalu saja dibilang ikut campur urusan orang lain.jd untuk melakukan aktivitas itu dibutuhkan sebuah jamaah yg mempunyai tujuan yg sama yaitu menegakkan kalimah ALLOH,sehingga disaat kita lemah ada yg menguatkan,saat kita lalai ada yg mengingatkan.betapa indahnya sebuah kebersamaan untuk menggapai Ridho-NYA…Sahabat,btapa berartinya kalian buatku….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*