Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia setuju memulai kerjasama dalam masalah sistem pertahanan rudal dan isu-isu keamanan lainnya, serta memuji babak baru dalam hubungan yang tegang sejak intervensi militer Rusia ke Georgia pada 2008 lalu.
Dalam pembicaraan Lisbon, Rusia juga setuju untuk meningkatkan dukungannya terhadap misi NATO di Afghanistan dengan mengizinkan lebih banyak pasokan aliansi itu melewati wilayahnya. Rusia bahkan sepakat untuk memberikan beberapa helikopternya kepada Angkatan Bersenjata Afghanistan, demikian dilansir AFP hari ini (Ahad,21/11).
Seusai pembicaraan Lisbon, Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menjelaskan bahwa organisasi ini dan Rusia telah mengesampingkan persoalan masa lalu di era Perang Dingin. “Hari ini menandai awal baru dalam hubungan NATO-Rusia,” kata Rasmussen.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev juga mengatakan bahwa periode hubungan yang tegang sudah teratasi. Ditambahkannya, “Kita memiliki rencana skala-besar, kita akan bekerjasama di semua bidang termasuk pertahanan rudal Eropa.”
Para pemimpin NATO Jumat sepakat untuk mengembangkan sistem anti-rudal untuk melindungi semua negara anggotanya di Eropa dan Amerika Utara yang akan mampu mencegat rudal-rudal jarak jauh yang ditembakkan dari Timur Tengah.
Medvedev dan para pemimpin NATO sepakat bahwa sebuah kelompok studi bersama akan mempelajari mekanisme partisipasi Rusia dalam proyek itu. Sejak 2008 lalu, hubungan antara kedua belah pihak membeku setelah pasukan Rusia masuk ke sekutu NATO, Georgia.
Berdasarkan program perisai rudal NATO, sitem anti-rudal di Eropa rencananya dihubungkan dengan radar dan alat deteksi yang akan dipasang oleh AS di Laut Mediterania, Romania, Polandia dan kemungkinan di Turki. Pada awalnya para pejabat Moskow menentang penempatan sistem seperti itu, karena khawatir sejumlah bagian dari sistem tersebut akan ditempatkan di dekat wilayahnya. (IRIB, 21/11/2010)