Pemerintah Tajikistan Menutup 28 Masjid

Dalam konteks penindasan oleh pemerintah sekuler di Republik Tajikistan terhadap ekspresi dan kebebasan beragama, maka pada hari Kamis (25/11) pihak keamanan Tajikistan menutup pintu 28 masjid di wilayah perbatasan “Darwaz”.

Sardar Azar Bik Off, Ketua Pemantau Kegiatan Keagamaan di provinsi “Badakhshan” mengklaim bahwa alasan penutupan pintu masjid di wilayah “Darwaz” adalah karena tidak memperbaharui pendaftaran masjid di kantor pemerintah! Dia menambahkan bahwa 16 masjid di daerah “Wang”, dari11 masjid di daerah “Margab” sedang dalam pengawasan.

Setelah penutupan pintu masjid-masjid ini, maka sebagian besar masyarakat wilayah “Darwaz” yang miskin itu, maka mereka terpaksa harus menempuh jarak tidak kurang dari 50 km untuk melakukan sholat Jum’at di masjid, demikian menurut situs “sunni-news.net”.

Para pemimpin kaum Muslim yang terdapat di republik Asia Tengah itu menegaskan bahwa pemerintah yang memimpin rakyat Tajikistan berupaya dengan menutup pintu-pintu masjid itu untuk mencegah penyebaran kebangkitan Islam di negeri ini.

Sebelumnya, Presiden Tajikistan yang sekuler, Imam Ali Rahman memerintahkan agar menutup sejumlah masjid besar di negeri ini. Sebagaimana ia telah memerintahkan untuk membakar sebuah masjid yang dikenal sebagai pusat Gerakan Islam di Tajikistan melakukan kegiatan untuk mendidik masyarakat, padahal kegiatan itu murni kegiatan pendidikan dan keagamaan.

Tajikistan sedang melancarkan serangan keamanan terhadap fenomena keagamaan di negara ini, di mana penangkapan banyak dilakukan terhadap para anggota gerakan Islam. Sebagaimana pihak berwenang Tajikistan telah melakukan penutupan banyak sekolah agama di negara tersebut dengan dalih tidak memiliki izin.

Presiden Tajikistan baru-baru ini melancarkan serangan keras terhadap para perempuan berjilbab di negaranya. Ia memerintahkan aga para perempuan itu meninggalkan jilbabnya dan memakai pakaian nasional. Bahkan ia mengancam akan mengusirnya jika bersikeras memakai jilbab.

Para aktivis Islam di Tajikistan menghadapi berbagai jenis tekanan, seperti keamanan, politik, atau ekonomi. Bahkan sejumlah aktivis Jamaah Tabligh dan Salafi banyak yang ditangkap, atau mereka dipaksa membayar sejumlah uang kepada beberapa anjing rezim berkuasa. Sehingga para aktivis Islam akan menghadapi reaksi keras dari pemerintah jika mereka melakukan aktivitas dakwah apapun.

Selain penindasan yang sifatnya keagamaan, pemerintah Iran juga sedang berusaha menyusup ke dalam Republik Tajikistan untuk menyebarkan Syiah di antara negeri-negeri Islam, serta menyalakan api fitnah. Dan hal ini, sedang dilakukan secara rahasia dan sistematis oleh partai Syiah di Tajikistan. (almoslim.net, 27/11/2010).