Kebakaran terjadi di Islamic Center dekat Universitas Oregon, Amerika Serikat, Ahad (28/11), dua hari setelah seorang remaja kelahiran Somalia dan mantan mahasiswa ditangkap dan didakwa karena coba menggunakan senjata pemusnah massal.
Pihak berwenang di Corvalis mengatakan kepada surat kabar online Oregonian bahwa mereka sedang menginvestigasi penyebab kebakaran di Islamic Center Salman Al-Farisi itu. Mereka belum mengungkapkan penyebab kebakaran tersebut.
Imam Islamic Center, Yosof Wanly, mengungkapkan 80 persen dari ruang kantor di sana terbakar. Semantara, ruang untuk sholat selamat dari amukan api.
Wanly telah disarankan oleh teman-temannya untuk mengungsikan keluarganya dari rumah yang terletak di komplek Islamic Center. Namun dia menolaknya.
Petugas pemadan kebakaran Corvalis, Carla Pusateri, mengatakan kebakaran terjadi Ahad pagi. Menurutnya, sedikit bukti yang tersisa di lokasi kejadian. Dia percaya api sengaja disulut di Islamic Center tersebut.
Islamic Center itu sering dikunjungi oleh Mohamed Osman Mohamud (19), pemuda yang kini menghadapi tuduhan rencana serangan terhadap upacara penchayaan pohon natal di Portland, Jumat pekan lalu. Remaja itu dituduh telah merancang serangan teroris itu sejak berbulan-bulan lalu. Dia mengaku tidak keberatan menyerang anak-anak sampai mati dengan membom perayaan natal yang dipenuhi pohon natal.
Namun remaja itu tak memiliki kesempatan untuk mewujudkan rencananya itu. Menurut Jaksa setempat, dia ditangkap Jumat pekan lalu di pusat kota Portland setelah berusaha meledakkan bahan peledak yang diletakkan dalam sebuah mobil van, menggunakan telepon seluler. Bom itu dibuat oleh seorang agen FBI yang menyamar menjadi teroris. Bom palsu itu, ujar pihak berwenang, tidak membahayakan.
Menurut seorang pejabat hukum setempat kepada AP, mantan mahasiswa Universitas Oregon itu mulai dicurigai setelah FBI mendapatkan informasi dari seseorang mengenai dirinya. Sejak itu, FBI terus memantau email milik remaja yang dibesarkan di Beaverton. Diketahui, dia melakukan kontak dengan seseorang di luar negeri melalui email.
Melalui email itu, remaja itu menanyakan cara untuk pergi ke Pakistan dan bergabung dengan kelompok teroris untuk berjihad. FBI yakin, Mohamud berniat bergabung dengan kelompok teroris di Pakistan. FBI kemudian menyusupkan agennya hingga pada saat penangkapan pekan lalu dengan merekayasa pembuatan bom yang akan digunakan oleh remaja itu. (republika.co.id, 29/11/2010)