Sebagian besar dari rakyat Denmark menyatakan korban manusia dari keterlibatan negara mereka dalam perang di Afghanistan terlalu banyak, kata jajak pendapat terbitan Rabu.
Sejumlah 59 persen dari petanggap mengatakan bahwa kematian 39 tentara Denmark di Afghanistan sejak pasukan negara itu dikerahkan di sana pada 2002 merupakan harga terlalu tinggi untuk hasil sedikit di lapangan.
Hanya 22 persen tidak setuju, sementara 18 persen mengatakan tidak berpendapat, kata jajak pendapat atas 1.174 orang itu, yang dilakukan lembaga MegaFon antara 25 dan 29 November dan diterbitkan harian “Politiken” dan penyiaran umum TV2.
Jajak pendapat itu menandakan Denmark, yang 20 tahun belakangan menawarkan dukungan kuat untuk keterlibatan antarbangsa, menjadi lebih sangsi dalam hal kebijakan resmi.
Contohnya, hanya 40 persen mengatakan akan mendukung Denmark ikut dalam tugas tentara pimpinan NATO di negara, seperti, Somalia, dan Sudan, yang dilihat sebagai tempat pelatihan untuk angkatan berikut pelaku kekerasan.
Sementara, 47 persen menentang gagasan keterlibatan tersebut dan 14 persen belum memutuskan.
Menurut Jens Viggo Jakobsen, pakar kebijakan keamanan dan mahaguru di Universitas Kopenhagen, jajak pendapat itu dapat dilihat sebagai tanda peningkatan ketidakpercayaan pada kebijakan luar negeri Denmark.
“Sejak perang di Balkan pada 1990-an, Denmark menawarkan dukungan luas -lebih banyak di negara lain- peranserta dalam tugas ketentaraan antarbangsa,” katanya kepada “Politiken”, dengan menambahkan bahwa kecenderungan itu sekarang tampak runtuh.
Denmark memiliki 750 tentara dalam Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, terutama di propinsi Helmand di bawah kepemimpinan Inggris.
Pasukan negara Skandinavia berpenduduk 5,5 juta orang itu menderita tingkat korban tertinggi dari negara mana pun, yang terlibat di Afghanistan, secara persentase.
Satu korban di antaranya tewas bunuh diri dan satu lagi akibat serangan jantung.
Denmark kehilangan wanita tentara pertamanya di Afghanistan sesudah Prajurit Sophia Bruun, yang berusia 22 tahun, tewas akibat bom di pinggir jalan di provinsi selatan, Helmand, kata tentara Denmark pada awal Juni.
Bruun tewas di tempat dan dua tentara lain luka ringan sesudah salah satu bom meledak sesaat sesudah tengah hari, menghancurkan kendaraan mereka di dekat pangkalan patroli di Bridzar, sekitar enam kilometer timur laut kota Gereshk, kata pernyataan tentara.
Perdana Menteri Denmark Lars Loekke Rasmussen pada Juni menyatakan pasukan NATO di Afghanistan harus “bertahan” dalam menghadapi peningkatan serangan Taliban, kata laporan media.
“Sekarang adalah waktu kita harus bertahan. Sekarang adalah waktu kita memiliki kesempatan untuk membuat terobosan,” kata kantor berita Denmark Ritzau mengutip keterangan Rasmussen setelah pertemuan di Afghanistan dengan panglima asal Amerika Serikat pasukan NATO, Jenderal Stanley McChrystal.
Menurut Rasmussen, yang melakukan perjalanan kejutan ke Afghanistan, McChrystal memperingatkan bahwa kekerasan “meningkat dalam beberapa bulan mendatang”.
NATO dan pasukan Afghanistan terlibat dalam serangan di Kandahar dalam beberapa pekan belakangan, dalam harapan membangun kembali kewenangan Kabul di bagian selatan negara terkoyak perang itu. (ANTARA, 2/12/2010)