HTI Press. Focus Group Discussion HTI Kota banjar kembal mengakat tema yang sedang santer dan melanda umat isam yaitu isu terorisme. FGD yang merupakan acara rutin ini mampu menyedot perhatian khalayak banyak dengan banyaknya peserta yang datang memenuhi aula Dinas Kesehatan kota Banjar. Tak kalah menariknaya acara yang berlangsung pada ari sabtu dan dimulai pada pukul 15.30 ini mendatangkan ust Haris Abu Ulya yang merupakan salahseorang investigator tim densus 88 yang juga ketua Lajnah Siyasah DPP HTI.
FGD dibuka langsung oleh ketua Lajnah Faaliyah HTI Kota Banjar ust M Rio Setiono, SH, yang menyampaikan sambutannya terkait cara FGD ini. M Rio menjelasakan acara ini meupakan bentuk keprihatinan umat islam melihat kejadian yang sedang menimpa terutama isu terorisme yang secara sengaja di sudutkan kepada umat islam, sehingga acara ini menjadi ajang pencerahan dan tranfer informasi apa sebenarnya dibalik isu yang santer ini.
Acara yang dihadiri lebih dari 60 peserta dari berbagia ormas islam, DKM, tokoh masyarakat, ulama, kyai, ustad ini berjalan dengan agak santai karena materi yang disampaikan oleh pembicara jarang sekali ditemui para hadirin terutama dalam pemaparan data-data tentang apa sebenarnya dibalik isu terorisme ini.
Haris memaparkan prolognya bahwa Sikap permusuhan AS terhadap dunia Islam dengan bendera perang melawan terorisme tidak hanya pasca 911/2001, tapi sudah dirancang jauh hari. Menurutnya kebijakan Amerika dan Barat terhadap Dunia Islam dengan isu “terorisme” ini sudah terasa begitu kuat sejak awal 1990-an. Amerika memanfaatkan terorisme sebagai instrumen kebijakan standar untuk memukul atau menindas lawan-lawannya dari kalangan Islam.
Haris juga menjelaskan tentang motif dibalik isu terorisme yaitu imperialisme gaya baru” Motif hakiki yang dimiliki AS atas dunia Islam, yaitu meneguhkan imperialisme dan mengubur seluruh potensi yang bisa mengeliminasi hegemoninya. Pasca runtuhnya Soviet dengan komunisnya, bagi AS Islam menjadi ancaman berikutnya. Maka strategi lama “hard power” dibawah bendera “war on terorisme” melegitimasi imperialisme AS atas dunia Islam.
Dampak yang ditimbulkan dari penjajahan ini sangat besar yaitu munculnya perlawanan dari dunia islam haris mencontohkan kurang lebih 2200 bom bunuh diri di petakan; Era Tahun 80-2003:300 kasus, 2004-2009:1800. Lebih dari 90% seluruh dunia terkait anti AS. 90 % orang lokal, dan 95% sebagai bentuk respon terhadap pendudukan asing. Sehingga ini menjadi cukup bukti bahwa AS menjadi akar dan pemicu, Kekerasan di dunia Islam, Konflik diberbagai belahan dunia, Instabilitas Politik, sosial dan ekonomi tandas haris.
Dalam FGD juga di paparkan bahwa indonesia dalam pusaran perang melawan terorisme ala amerika terbukti dari beberapa kejadian diantaranya Bom Bali-1, Pembentukan Densus 88 untuk Kontra-Terorisme , Tersangka & Korban: 2003-2009 tembak 40 orang, menangkap 464. Periode Januari-Mei 2010;58 ditangkap, 13 mati ditembak,102 kasus aceh & diadili, juga melahirkan siklus kekerasan yang tidak berujung tegas haris.
Target perang terorisme menurut haris adalah Melanggengkan Sekulerisme & Demokrasi, Mereduksi perjuangan Syariah Islam Kaffah, Terjaminnya hegemoni & kepentingan Asing (AS, cs), Indonesia menjadi basis moderatisasi dunia Islam & menjadi negara satelit bagi Barat (AS), Mematikan ruhul jihad pada jiwa umat Islam.
Acara yang dipandu oleh ust Ilman Ginanjar ini diakhiri tepat sebelum magrib, dengan sukses dan aman juga hadir dari intelejen kepolisian yang ikut menjadi peserta dan mendengarkan jalannya acara.[]