Perusahaan minyak raksasa Inggris-Belanda, Shell, telah menyusupkan orang-orangnya ke beberapa kementerian kunci di Nigeria. Langkah itu mempermulus akses Shell kepada setiap langkah para politisi di Delta Niger.
Demikian salah satu kawat dari diplomat AS yang dibocorkan WikiLeaks. Di kawat itu, eksekutif puncak Shell di Nigeria mengatakan kepada para diplomat AS bahwa Shell telah memasukkan beberapa orangnya dan mengetahui setiap hal yang dilakukan di kementerian tersebut. Eksekutif itu juga mengatakan, Pemerintah Nigeria sudah tak acuh soal Shell itu.
Kawat rahasia dari kedutaan-kedutaan AS di Afrika juga mengungkapkan bahwa Shell bertukar informasi intelijen dengan AS, salah satunya adalah memberikan kepada para diplomat AS deretan nama politisi Nigeria yang dicurigai mendukung aktivitas militan.
Sebagai imbalannya, mereka meminta informasi dari AS, yakni apakah kelompok militan tersebut memiliki rudal antipesawat.
Terungkapnya kegiatan Shell di Nigeria mencerminkan betapa eratnya hubungan antara perusahaan minyak dengan para politisi di negeri yang mendapatkan miliaran dollar AS dari minyak, tetapi 70 persen rakyatnya hidup di bawah garis kemiskinan.
Kawat dari Nigeria juga memperlihatkan bagaimana Ann Pickard, Vice President Shell untuk kawasan Sub-Sahara Afrika, berbagi informasi intelijen dengan AS mengenai aktivitas kaum militan dan kompetisi bisnis di Delta Niger. Namun, sikap Pickard kemudian terlihat sangat berhati-hati karena ada kecurigaan informasi di pemerintahan AS mudah bocor.
Nigeria merupakan negara penghasil minyak utama di Afrika, juga merupakan eksportir terbesar kedelapan di dunia, sekitar 8 persen dari impor minyak AS. Dalam laporan PBB belakangan ini banyak kritikan terhadap Shell.
Kuasai pemerintahan
Pengungkapan kawat oleh WikiLeaks itu ditanggapi oleh para aktivis sebagai bukti tindak tanduk Shell. ”Shell dan Pemerintah Nigeria merupakan dua sisi di koin yang sama,” ujar Celistine AkpoBari dari Social Action Nigeria. ”Shell ada di mana-mana. Mereka memiliki mata dan telinga di semua kementerian Nigeria. Mereka memiliki orang bayaran di setiap komunitas. Itulah sebabnya mengapa mereka dapat mengendalikan segala sesuatunya. Mereka bahkan lebih kuat dibandingkan dengan Pemerintah Nigeria.”
Kritikan serupa juga dilontarkan oleh Ben Amunwa dari pengawas perminyakan yang berpusat di London, Platform. ”Shell mengklaim tidak berkaitan dengan politik Nigeria. Kenyataannya, Shell bekerja jauh di dalam sistem tersebut dan telah mengeksploitasi jalur politik di Nigeria demi keuntungannya sendiri,” ujar Amunwa.
Nigeria menolak bocoran WikiLeaks tersebut. Levi Ajounoma, juru bicara perusahaan perminyakan milik negara National Petroleum Corporation, mengatakan, ”Shell tidak mengontrol Pemerintah Nigeria. Kawat tersebut telah salah diterjemahkan oleh satu orang. Jelas kawat tersebut tidak benar, itu adalah kesalahan besar. Itu hanyalah upaya mengganggu pemerintah dan kami tidak akan menanggapi hal itu.”
Shell juga menyangkal. ”Anda mencari pandangan kami soal bocoran kawat-kawat yang diduga mengandung informasi mengenai percakapan pribadi seorang perwakilan Shell …. Oleh karena itu, kami tidak dapat berkomentar mengenai kawat tersebut.” (kompas, 14/12/2010)