Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak menunjukkan kinerjanya sebagai lembaga pengawas pemerintah. DPR yang diharapkan membawa angin segara terhadap jalannya pemerintahan ini, justru menjadi sorotan publik. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mencatat 10 keburukan DPR yang sebagian besar menghamburkan uang negara.
“Kinerja DPR sebagai lembaga pengawas kini menjadi disfungsi. DPR yang kita harapkan bisa melakukan perombakan justru dalam catatan kita terdapat 10 keburukan,” ujar Koordinator Investigasi dan Advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi, dalam diskusi Catatan Akhir Tahun Anggaran 2010, Restoran Bumbu Desa Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (21/12/2010).
“DPR juga ikut menghamburkan uang negara,” imbuhnya.
Keburukan DPR yang tercatat oleh FITRA sebagian besar terkait pengunaan anggaran yang memanfaatkan APBN. DPR sebagai wakil rakyat juga dinilai tidak memberikan contoh yang baik seperti suka membolos saat rapat.
“Kita mencatat 10 keburukan DPR dalam satu tahun ini. Antara lain pembangunan gedung mewah berfasilitas SPA dan kolam renang dengan nilai Rp 1,8 triliun, biaya pelantikan yang mewah Rp 12 triliun, anggaran plesiran ke luar negeri Rp 170 triliun, untuk pembahasan RUU inisiatif DPR sebesar 170 milliar, dana aspirasi Rp 8,4 triliun, bagi-bagi cek kosong Rp 1,1 triliun, dan penyelewengan
pembangunan Rumah Jabatan Anggota di Kalibata yang nilainya triliunan,” bebernya.
3 keburukan lainnya, FITRA menyoroti perilaku sebagian besar anggota DPR yang malah semakin mencekik rakyatnya. Usulan yang diajukan untuk setiap proyek selalu bernilai milliaran hinggan triliunan.
“DPR yang sekarang ini benar-benar 3P, pemboros, pembolos dan provokator publik,” tegas Uchok.
Sekarang ini lanjut Uchok, baik DPR maupun pemerintah tidak ada lagi yang bisa dipercaya memberikan kesejahteraan pada masyarakt. Artinya, sudah saatnya giliran masyarakat yang mengawasi jalannya pemerintahan ini.
“Sudah saatnya masyarakat yang mengawasi jalannya pemerintahan ini. Pasalnya kritik yang dilontarkan tidak membuat mereka bergeming dan seolah kebal kritik,” tandasnya. (detik.com, 21/12/2010)
Membaca tulisan diatas saya jadi teringat dengan kisah sbb;
Khalifah Umar bin Abdul Aziz, adalah seorang Khalifah Bani Umaiyah. Pada suatu malam tatkala baginda sedang tekun bekerja di bilik istananya, tiba-tiba seorang putranya masuk untuk membincangkan sesuatu hal yang berhubung dengan urusan keluarga. Tiba-tiba baginda memadamkan lampu yang terletak di mejanya yang digunakan untuk menerangi bilik kerjanya itu. Putranya merasa heran melihat sikap ayahnya itu seraya bertanya: “Kenapa ayah padamkan lampu itu?” Maka jawab ayahnya: “Benar kata kau wahai anakku, tetapi kau harus ingat lampu yang sedang ayah gunakan untuk bekerja ini kepunyaan kerajaan. Minyak yang digunakan itu dibeli dengan menggunakan uang kerajaan, sedang perkara yang hendak anakku perbincangkan dengan ayahanda adalah perkara keluarga.” Lantas baginda meminta pembantunya membawa lampu dari bilik dalam. Kemudian baginda pun berkata kepada putranya: “Sekarang lampu yang baru kita nyalakan ini adalah kepunyaan keluarga kita, minyak pun kita beli dengan uang kita sendiri. Silahkan kemukakan apa masalah yang anakanda perbincangkan dengan ayahanda.” Demikianlah besarnya sifat amanah dari seorang pemimpin berkalibar selaku seorang raja yang berjiwa besar.
Klo dibandingin antara kholifah umar bin Abdul Azis dgn para penguasa negri ini jlas beda jauh ibaratkan antara jauhnya langit dan bumi.
Ironis. rakyat sementara kelaparan, kesusahan, dan sedang mendapat musibah dimana-mana, “para wakil rakyat” seolah tidak melihat kondisi rakyat. entah mata mereka tertutup apa. seenaknya memasukan uang rakyat ke dalam kantong baju mereka.
keburukan DPR berikutnya adalah menjual SDA ke asing (termasuk Krakatau Steel) rakyat diperas pula dengan membayar pajak.
sungguh dzalim………..(1000x)