Jakarta. Sekitar 3000 massa Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan longmarch dari Monumen Nasional menuju Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Rabu (21/12) pagi di Jakarta. Massa yang berasal dari Jabodetabek itu mengkritik pergeseran peran perempuan sebagai ibu menjadi ‘kepala’ rumah tangga yang harus menafkahi keluarga.
Pergeseran tersebut terjadi lantaran diterapkannya sistem kapitalisme yang secara nyata menunjukkan perlakukan keji terhadap perempuan karena menilai perempuan sebagai komoditi yang layak dieksploitasi demi mendatangkan materi.
Kapitalisme juga mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa hanya dari kontribusi materi. Hasilnya? Seperti yang terungkap dalam berbagai spanduk yang massa bentangkan. Di antaranya berbunyi: Pemberdayaan Ekonomi Perempuan=Eksploitasi Perempuan; dan Prestasi Indonesia: 1) Menggadaikan SDA. 2) Mengekspor perempuan menjadi TKW. 3) Surga pornografi. 4) Penyebar budaya aborsi.
“Karenanya bangsa ini harus segera menerapkan syariah dan khalifah agar perempuan dikembalikan keperan sebenarnya yakni pendidik generasi bangsa,” tegas Jurubicara Muslimah HTI Iffah Ainur Rochmah.
Peran Perempuan
Lebih lanjut kepada mediaumat.com, Iffah menjelaskan bahwa Islam menetapkan peran yang sangat mulia bagi perempuan yakni sebagai ibu. Peran seorang ibu adalah membina generasi agar menjadi generasi yang siap melanjutkan estapeta dalam perjuangan menegakkan syariah Islam.
Secara praktis seorang ibu menempatkan diri sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dan bahkan menjadi sekolah utama. Meletakkan dasar-dasar aqidah yang untuk bisa dimiliki anak sejak dini.
Kemudian menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki anak, agar bisa maksimal meningkatkan kemampuan yang nantinya berkontribusi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi genenarasi selanjutnya.
Dengan penuh kesabaran, seorang ibu berperan membina anak dengan pemahaman Islam sehingga diharapkan sang anak dapat menyelesaikan persoalan hidupnya dengan aturan yang diturunkan Sang Pencipta Manusia. “Serta membuat anak-anak kita memiliki jiwa pemimpin dan siap menjadi generasi masa depan yang membawa peradaban yang lebih baik,” tegasnya.
Di samping sebagai ibu, menurut Iffah, partisipasi perempuan dalam pembangunan dan peradaban manusia dapat dilakukan dengan cara berkiprah disektor publik untuk membina perempuan yang lain agar mereka siap menjadi ibu. “Lantaran dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini tidak menyiapkan perempuan dengan peran keibuannya,” ungkapnya.
Iffah pun menegaskan perempuan berperan pula dalam sektor amar makruf nahi munkar. “Peran lainnya yang diharus dilakukan perempuan adalah menyampaikan koreksi kepada penguasa ketika penguasa mengambil kebijakan yang tidak sesuai dengan syariat Islam!” pungkas Iffah.
Aksi Ibu Indonesia Tolak Kapitalisme, Perjuangkan Syariah dan Khilafah ini dilakukan pula serentak di 25 kota besar di Indonesia.[] joko prasetyo/mediaumat.com
wahai anggota dewan yg terhormat…..
wahai pemerintah…..
wahai kaum bapak…..
wahai kaum muslim…..
dengarkan suara kaum ibu!
hentikan pengiriman TKW sekarang juga!
Wahai Para Ibu pejuang Syari’ah Dan khilafah..terus bergerak…Tolak Kapitalisme sumber bencana dan malapetaka bagi kaum hawa, jangan terjebak dengan Pragmatisme….Allahu AKbar!!!!
wahai para ibu, kembalilah kpd fitrahmu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. jngn biarkan kapitalisme merenggut peran dan posisi muliamu di hadapan Allah.