Peringati Hari Ibu, Hizbut Tahrir Banten Tolak Pengiriman TKW
Ratusan ibu dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Banten, Rabu (22/12), bertepatan dengan peringatan Hari Ibu. Mereka menuntut pemerintah untuk menghentikan pengiriman tenaga kerja wanita (TKW).
Massa menilai pengiriman TKW ke luar negeri lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Sebab, banyaknya TKW yang mendapatkan siksaan dan pelecehan oleh keluarga majikannya saat bekerja di luar negeri. Pengiriman TKW ke luar negeri merupakan salah satu bentuk eksploitasi terhadap perempuan dan kaum ibu. “Pengiriman TKW ke luar negeri merupakan agenda pemberdayaan perempuan ala kapitalisme,” kata Fadilah, salah seorang pengunjuk rasa.
Menurut Fadilah, sistem kapitalisme dengan standar produktivitas materinya telah menyeret perempuan dan kaum ibu sebagai mesin produksi devisa negara. Sehingga kaum ibu harus memberikan kontribusi produksi barang dan jasa agar bisa memberikan sumbangan bagi penambahan pendapatan nasional. “Konsekuensinya kaum ibu harus bekerja di luar rumah bahkan hingga ke luar negeri dan harus terpisah dari keluarganya,” kata Fadilah.
Sehingga, kata Fadilah, pengiriman TKW ke luar negeri menyebabkan menurunnya kualitas peran ibu di setiap rumah tangga. Ketaatan istri kepada suami juga menjadi berkurang, khususnya bila penghasilan suami lebih rendah daripada istri. “Sehingga memicu keretakan dalam rumah tangga. Anak-anak akan kehilangan peran ibu dan para suami kehilangan peran istri,” kata Fadilah.
Juru bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, Iffah Ainur Rochmah, mengatakan gelombang kemiskinan yang melanda dunia adalah buah busuk dari penerapan sistem kapitalisme yang dianut Indonesia saat ini. Sistem ini dengan nyata menunjukkan perlakuan keji terhadap perempuan karena menilai perempuan sebagai komoditi yang layak dieksploitasi demi mendatangkan materi dan mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa dari kontribusi materi semata. “Karena itu, stop pengiriman TKW,” kata Iffah.
Karena itu, peran ibu sebagai pendidik generasi harus dimaksimalkan dengan tidak mengirim mereka ke luar negeri untuk bekerja. “Negara seharusnya memberikan jaminan berlapis atas pemenuhan kebutuhan ibu dengan tidak membiarkannya menjadi tulang punggung ekonomi,” kata Iffah. (republika.co.id, 22/12/2010)