Pidato Cameron Picu Api Kebencian Terhadap Islam di Inggris

Perdana Menteri Inggris, David Cameron

Perdana Menteri Inggris, David Cameron

Aksi Kebencian merebak di jalanan kota Inggris. Polisi menggelar operasi besar-besaran untuk menghadang kelompok ekstrim-kanan yang turun ke jalan memprotes kehadiran Islam di Inggris.

Demonstrasi itu berlangsung hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri David Cameron menyampaikan pidatonya di Muenchen. Dia menyatakan bahwa multikulturalisme telah gagal di Inggris. Cameron pun menyerukan bahwa tidak ada lagi toleransi terhadap Islam ekstrimis di Inggris.

Pidato Cameron mematik sentimen kebencian terhadap pemeluk Islam di Inggris. Ribuan pendukung Liga Pertahanan Inggris (EDL) turun bersama gerakan ekstrim kanan untuk melakukan aksi protes menentang Islam. Mereka menentang penyebaran hukum Syariah dan Islam militan di Inggris.

Kelompok ini berkumpul di Luton. Mereka berpotensi adu bentrok dengan kelompok penentang Cameron yang diorganisir oleh Uni Melawan Fasisme (UAF) dan komunitas Muslim kota. Karena itu, polisi menggelar operasi besar-besaran dengan menurunkan lebih dari seribu petugas di jalanan dengan biaya lebih dari 800 ribu poundsterling.

Polisi mengatakan bahwa 19 orang telah membutuhkan perawatan medis sepanjang hari. Enam belas di antaranya adalah anggota demonstran sayap kanan. Tiga dari 19 adalah petugas polisi yang mengalami luka ringan.

Delapan orang telah ditangkap. Sebagian besar memiliki senjata dan melakukan serangan ofensif.

Kota Hantu
Pusat Luton mirip kota hantu. Banyak toko dan pub memilih untuk menutup daripada mendapat risiko menjadi target pengunjuk rasa.

Sekitar 2.000 pendukung EDL datang dari beberapa sudut yang sangat luas di Eropa. Mereka berkumpul di St George Square untuk berorasi.

Pada saat yang sama sekitar 1.000 pendukung Bersatu Melawan Fasisme (UAF) berkumpul di Square Park terdekat untuk demonstrasi tandingan. Sekitar 150 anggota UAF membentuk blokade di pintu keluar stasiun kereta api Luton. Ini dalam upaya untuk menghentikan pendukung EDL memasuki wilayah yang telah ditentukan sebelum demonstrasi.

Komandan Divisi Luton, Mike Colbourne, mengatakan kondisi sejauh ini masih bisa terkendali. ”Pada tahap ini, operasi telah berjalan baik dengan minimum penangkapan dan luka-luka,” katanya. “Operasi kepolisian telah dalam perencanaan selama berminggu-minggu dan profesionalisme petugas berjalan baik.”

Rusak kedamaian
Pidato Cameron telah merusak kedamaian yang selama ini terjaga di Luton. Richard Howitt, aktivis Partai Buruh MEP, mencap EDL sebagai preman rasis.

”EDL tidak lebih dari koalisi sampah masyarakat preman rasis dari Prancis, Jerman, Belanda, Belgia dan Inggris yang hari ini datang ke Luton,” katanya. ”Atas nama rakyat Luton, kota ini tidak pernah bisa menjadi rumah bagi neo-fasis. Pesan ke EDL jelas: ini bukan rumah Anda, Anda tidak diterima di sini.”

Kelvin Hopkins, anggota Partai Buruh MP untuk Luton Utara, berada di Taman Square guna menunjukkan dukungannya memprotes anti-rasis. Hopkins, yang telah tinggal di Luton selama lebih dari empat dekade, percaya Luton telah ditargetkan oleh EDL karena masyarakatnya yang beragam.

”Luton adalah kota yang ramah. Sebuah kota yang sangat ramah di mana kita semua mendapatkannya dengan baik bersama-sama. EDL benar-benar keluar dari tempat sini. Ini benar bahwa kita menunjukkan oposisi kami dan saya senang bersatu melawan Fasisme yang telah datang ke sini,” tukasnya. (republika.co.id, 6/2/2011)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*