Diskusi Interaktif Muslimah Nasional “Jalan Menuju Negara Kuat, Mandiri Dan Terdepan”
HTI Press. Pada Sabtu (12/2) lalu, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) menggelar Diskusi Interaktif Nasional bertajuk “Kebangkitan Khilafah Islamiyah sebagai Tata Dunia Baru”. Sekitar 150 peserta dari beberapa perguruan tinggi sekitar Jakarta, Bogor dan Bandung memadati ruangan Wisma Makara, kampus Universitas Indonesia, Depok. Mereka yang hadir dalam acara tersebut adalah para pakar intelektual, dosen dari UI, IPB, UNPAD, ITB dan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di sekitar Jabodetabek.
Ketua Penyelenggara, drg Nayla Izzah yang sekaligus anggota tim Lajnah Kontak Intelektual (LKI) Muslimah HTI mengatakan bahwa tujuan diselenggarakan acara ini adalah untuk membangkitkan kesadaran para intelektual untuk berjuang bersama umat menegakkan Syari’ah dan Khilafah. Sebab, para pakar intelektual adalah permata-permata umat yang diberikan berbagai keahlian untuk mengeksplorasi dan mengelola kekayaan alam untuk kesejahteraan umat dan kejayaan Islam.
Testimoni beberapa pakar intelektual dari berbagai bidang cukup menarik untuk disimak. Seorang dokter dari MER-C, dr. Zakiya Yahya Setiawan yang kerap terlibat dalam program bantuan kesehatan di daerah konflik menyatakan kekagumannya terhadap para dokter dan intelektual muslim di Gaza yang jumlahnya ribuan. “Para dokter dan intelektual di sana memiliki semangat yang tinggi untuk berjuang demi menjaga aqidah Islam, sekalipun kondisi yang mereka alami selalu digempur dan porak-poranda” demikian tutur beliau.
Kenyataan ini tentu menggelitik kita untuk bertanya: lalu bagaimana dengan para intelektual muslim di Indonesia? Di sebuah negeri yang kaya sumber daya alam dan dalam kondisi damai, apakah para intelektual muslim juga gigih berjuang mempersembahkan keahliannya untuk menegakkan aqidah Islam dan membela umat Islam? Atau justru masih banyak yang terlena dengan materi dan penghargaan akademis sebagai imbalan atas jasa mereka bekerja sama dengan pihak-pihak asing yang punya kepentingan menguasai kekayaan alam Indonesia?
Sementara Prof.Dr. Sriyani Sujiprihati, MS dari Institut Pertanian Bogor menyatakan keprihatinannya akan kondisi di Indonesia. Ibarat tikus mati di lumbung padi, Indonesia yang memiliki potensi keragaman genetik sumber daya hayati yang luar biasa ternyata terancam kerawanan pangan dan belum bisa mencapai kemandirian pangan. Sungguh ironis bahwa sampai hari ini Indonesia masih mengimpor beras, kedelai, gula, cabe, jeruk, apel dan lain-lain.
Analisa yang cukup menohok para intelektual disampaikan oleh dr Flora Eka Sari, Sp.P (ahli paru di RSU Halim, Jakarta). Menyitir ceramah DR. Abdullah al-Kathir, seorang psikiater di Britania beliau menyampaikan bahwa kondisi keterpurukan umat Islam dalam berbagai hal saat ini disebabkan oleh kekalahan mental dan pemikiran. Dan obat untuk menyembuhkan sakit mental tersebut adalah dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Umat Islam harus yakin bahwa dengan kekayaan alam yang berlimpah di negeri-negeri muslim dan juga kekuatan demografi yang cukup besar akan mampu menjadikan umat Islam bangkit dan menguasai dunia, asal dikembalikan pengaturannya berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dr. Isnaeni (ahli farmasi) menyatakan bahwa Indonesia kaya akan potensi pikir (intelektual-red) maupun dzikir (ulama-red). Demikian juga potensi kekayaan sumber daya alam, “Sampah saja bisa dijadikan bahan baku antibiotik, tapi kenapa seluruh industri farmasi di Indonesia bahan bakunya masih impor?” demikian penuturan Dr Isnaeni dari Universitas Airlangga Surabaya. Beliau sangat geram karena pihak-pihak asing sangat lihai dalam mengemas kerja sama dengan perguruan tinggi dengan maksud mengintervensi input, proses sampai kurikulum di tingkat perguruan tinggi. Dengan berkedok beasiswa, pertukaran mahasiswa, kerja sama penelitian hingga yang sekarang sedang trend yaitu CSR (Corporate Social Responsibility) mereka berusaha menguasai dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia.
Ibu Eva Mukhtar, ST,MT (peneliti nasional bidang Informasi Teknologi) menambahkan data-data potensi energi di Indonesia yang luar biasa besar. Minyak bumi, batu bara, gas alam, dan uranium sudah berhasil dipetakan dan siap dieksplorasi hingga tahun 2025. Beliau juga menegaskan bahwa ketahana energi punya peran penting bagi eksistensi sebuah negara adidaya. Selama ini, Amerika Serikat sebagai negara adidaya, pasokan energinya bergantung pada negara-negara penghasil minyak. Sementara pemasok kebutuhan minyak dunia harian 50% dari dunia Islam. Bahkan 72% cadangan minyak dunia berada di dunia Islam. Amat jelas alasan kenapa AS begitu punya kepentingan untuk menancapkan kekuasaannya di negeri-negeri muslim, baik di Timur Tengah, Afrika maupun Asia.
Pada sesi diskusi interaktif, nara sumber pertama Dra. Siti Muslikhati, M.Si (Anggota Tim Politik MHTI) menegaskan bahwa Amerika Serikat sebagai negara nomor satu menggunakan dua cara untuk memelihara hegemoninya atas negara-negara lain. Pertama, sistem tata dunia berdasarkan sekuler kapitalistik. Kedua, AS membuat shackle power (kekuatan yang membelenggu) sebagai cara terselubung untuk menguasai pihak lain berupa lembaga-lembaga Internasional semisal PBB, Bank Dunia, IMF dan lain-lain. Saat ini masyarakat dunia bisa melihat dampak dari kapitalisme dan hegemoni AS yang menimbulkan banyak penderitaan, kerusakan dan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ideologi Kapitalisme telah nyata tak layak digunakan untuk memimpin dunia. Ideologi Islam lah satu-satunya pilihan yang manusiawi dan layak memimpin dunia karena datang dari Sang Pencipta manusia.
Nara sumber kedua, Zidny Sa’adah, ST (Lajnah Intelektual MHTI) mengungkapkan bahwa agenda yang dilancarkan oleh Amerika Serikat untuk menancapkan penjajahannya adalah Nasionalisme dan Demokrasi. Pasca runtuhnya Uni Soviet propaganda nasionalisme demokrasi ini semakin gencar, tak lain tujuannya adalah untuk menghalangi bersatunya potensi kekuatan negara-negara yang memiliki kesamaan kepentingan atau pandangan seperti negeri-negeri muslim misalnya. Krisis kepemimpinan yang tengah terjadi di Timur Tengah saat ini memberikan dua pilihan pada masyarakat muslim yaitu: tetap bertahan dengan sistem demokrasi dan kapitalis yang tidak akan mengubah apapun pada negeri mereka, atau memilih sistem Islam yang tak hanya mensejahterakan tapi juga membawa rahmat bagi seluruh alam.
Menyikapi carut marut kondisi umat Islam baik di Indonesia maupun di negeri-negeri muslim di seluruh dunia, Juru Bicara Muslimah Hizbut-tahrir Indonesia, Ustz Iffah ‘Ainur Rohmah mengajak seluruh intelektual muslimah untuk ikut berperan serta dalam melakukan perjuangan. Upaya untuk melakukan perubahan tak boleh hanya berhenti pada solusi yang bersifat substansial dan artifisial saja, seperti kritik terhadap KKN, clean governance, penegakan hukum, ketahanan pangan dan sebagainya. Lebih dari itu para intelektual juga harus mengkaji secara sungguh-sungguh berbagai potensi di berbagai bidang kehidupan. Para intelektual juga harus bersama-sama dengan umat Islam memperjuangkan solusi yang hakiki dalam memecahkan semua problematika kehidupan umat manusia ini, yakni dengan tegaknya sistem Islam. Khilafah Islamiyah adalah solusi untuk mewujudkan tata dunia baru yang kuat mandiri dan terdepan.[]