Presiden Prancis Puas dengan Penggulingan Rezim di Mesir

Presiden Perancis mengatakan pada hari Rabu (9/2) dalam pidatonya di saat acara makan malam tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Institusi Yahudi di Perancis, yang dihadirinya sebagai tamu kehormatan: “Para demonstran di Tunisia atau Mesir tidak meneriakkan slogan-slogan hancurkan Barat, hancurkan Amerika dan hancurkan Israel, serta mereka tidak menuntut kembali pada sejarah masa lalu, yaitu zaman keemasan Islam. Dalam hal ini, saya tidak mau gegabah dalam menarik kesimpulan karena tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada fase berikutnya? Namun kewajiban kita adalah mendukung rakyat ini sebab mereka mnyerukan nilai-nilai kita. Dunia Barat harus menjahui langkah yang menglahangi rakyat menuju kebebasan? Sehingga saya mengajak organisasi Yahudi ini berusaha menyakinkan Israel pada perdamaian warga antara Israel dan Palestina. Sebab hal itu merupakan masalah bagi setiap demokrasi kita. Dan membiarkan konflik ini tidak berakhir akan menambah tanah subur bagi terorisme dan ekstremisme.”

Presiden Perancis mengakui bahwa Barat telah menghalangi bangsa Arab dari kebebasan, dan membiarkannya tetap terikat oleh tangan tiran. Hanya saja ia akan mendukung kebebasannya, apabila hal itu sesuai dengan nilai-nilai Barat. Bahkan ia memperlihatkan kepuasannya sebab apa yang dituntut oleh para demonstran adalah nilai-nilai Barat, dan mereka tidak menyuarakan slogan-slogan untuk melawan Barat, Amerika dan entitas Yahudi, serta mereka tidak menyerukan untuk kembali pada zaman keemasan Islam. Artinya ia juga mengakui bahwa umat Islam pernah hidup pada masa-masa keemasan, yakni masa kekhalifahan Islam, di mana umat Islam hidup dalam bayang-bayang kehidupan aman, damai dan sejahtera yang diselimuti kemuliaan.

Jadi, selama tuntutan para deminstran dan slogan-slogan yang diusung adalah nasionalisme, demokrasi dan kebebasan publik, yang tidak lain bahwa semua itu adalah nilai-nilai dari Barat, maka bagi rakyat dunia Arab berhak untuk melakukan aksi demonstrasi dan protes.

Sebaliknya, apabila yang mereka usung adalah slogan-slogan Islam dan menyerukan untuk kembali pada zaman keemasan Islam, mendirikan Khilafah Rasyidah yang telah dijanjikan oleh Rasulullah Saw, dan mengangkat slogan-slogan untuk melawan Barat dan melawan entitas Yahudi, maka mereka tidak berhak melakukan aksi-aksi seperti itu. Bahkan mereka yang melakukannya dianggap sebagai para teroris dan ekstrimis. Sebab hal ini mendatangkan masalah bagi Barat, dan mengancam eksistensi demokrasi yang busuk itu.

Dengan demikian, perkataan Presiden Perancis ini harus menjadi catatan bagi warga Mesir yang Muslim yang berusaha untuk menggulingkan rezim Hosni Mubarak, dan berusaha melakukan perubahan, agar bekerja untuk kembali pada zaman keemasan Islam dengan mengumumkan berdirinya Khilafah, serta belajar dari pengalaman warga Tunisia. Di mana warga Tunisia melihat lengsernya Ben Ali tanpa berusaha menegakkan pemerintahan Islam, sehingga perubahan itu tidak akan mendatangkan nilai apapun. Dan mereka tetap berada dalam kondisi yang buruk di bawah sistem demokrasi kapitalisme sekuler. Sementara mereka yang disebut kelompok Islam di Mesir dan Tunisia hanya menyerukan slogan-slogan yang mencerminkan nilai-nilai Barat.

Namun masih ada suara-suara kaum Muslim yang setiap hari menyuarakan dengan keras di atas semua suara, yaitu Hizbut Tahrir, yang senantiasa mengingatkan kaum Muslim pada masa keemasan Islam, dan pentingnya untuk kembali padanya dengan mendirikan Khilafah Rasyidah, serta beraktivitas untuk mendirikannya siang dan malam dengan penuh kesungguhan dan tekad yang kuat (kantor berita HT, 15/2/2011).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*